Mohon tunggu...
Asep S Solikhin
Asep S Solikhin Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Guru Hoby menulis "khoirunnasi anfa'uhum linnas"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Capaian Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka

25 Agustus 2022   07:56 Diperbarui: 25 Agustus 2022   08:24 7235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam kurikulum merdeka dikenal istilah Capaian pembelajaran atau CP. Capaian Pembelajaran merupakan kompetensi dan karakter yang ingin dicapai peserta didik setelah menyelesaikan pembelajaran dalam kurun waktu tertentu. Capaian Pembelajaran dalam setara dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang ada pada kurikulum 2013.

Tahapan perkembangan peserta didik menurut usianya menjadi pertimbangan utama dalam menentukan dan menyusun Capaian Pembelajaran. Capaian Pembelajaran dirancang berdasarkan fase. Satu fase memiliki rentang waktu satu sampai tiga tahun. Terdapat 6 fase dalam pembagian Capaian Pembelajaran. Pada jenjang SD terdiri atas 3 fase yaitu fase A untuk kelas I dan II. Fase B untuk kelas III dan IV. Dan Fase C untuk kelas V dan VI. Pada jenjang SMP peserta didik akan berada pada fase D. pada jenjang SMA terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase E untuk kelas X dan Fase F untuk kelas XI dan XII. Sementara pada jenjang PAUD adalah fase pondasi untuk mempersiapkan peserta didik memasuki fase A.

Capaian Pembelajaran setiap fase memuat kompetensi peserta didik yang ingin dicapai di akhir fase. Misalnya capaian pembelajaran pada jenjang SD. Fase A akan berakhir pada kelas 2 SD, fase B akan berakhir pada kelas 4 SD, dan fase C berakhir pada kelas 6 SD. Dengan demikian peserta didik memiliki waktu dua tahun untuk menguasai kompetensi yang ada dalam capaian pembelajaran di setiap fasenya.

Kompetensi inti dan Konten esensial adalah dua hal utama yang ada pada Capaian Pembelajaran. Hal ini didasarkan pada pertimbangan agar konten isi tidak terlalu rinci. Karena  ketika kurikulum memuat konten isi yang terlalu rinci, proses pembelajaran berpotensi menjadi terlalu padat. Akibatnya pelajaran disampaikan secara terburu-buru untuk menyelesaikan konten isi yang terperinci tersebut. Jadinya guru cenderung berfokus pada ketersampaian konten isi dibanding pencapaian kompetensi peserta didik.

Karena alasan keterbatasan waktu yang tersedia, proses belajar menjadi seragam dan kurang memperhatikan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Pembelajaran pun menjadi tidak mendalam dan terkesan mengejar penuntasan konten.

Dengan mengacu pada kompetensi inti dan konten esensial, guru memiliki ruang untuk mengembangkan kompetensi setiap peserta didik, walaupun kompetensi awal mereka berbeda-beda. Pembelajaran pun bisa menjadi tidak seragam, karena berfokus pada pengembangan kompetensi, bukan penuntasan konten. Seberapa dalam konten isi yang akan disampaikan, dapat disesuaikan dengan kompetensi awal peserta didik.

Capaian Pembelajaran disusun sesuai tahapan perkembangan peserta didik. Kita ambil contoh Capaian Pembelajaran dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (PAIBP). Dalam PAIBP terdapat elemen konten isi dan kecakapan sebagai sebuah kesatuan. Elemen konten isi dan kecakapan inilah yang akan menjadi dasar pengembangan kompetensi pada setiap fase.

Kita lihat pada elemen Fiqih yang merupakan aturan hukun yang berkaitan dengan perbuatan manusia dewasa (mukallaf) yang mencakup ritual atau hubungan dengan Allah Swt. ('ubudiyyah) dan kegiatan yang berhubungan dengan sesama manusia (mu'malah). Dalam Fikih diulas berbagai pemahaman mengenai tata cara pelaksanaan dan ketentuan hukum dalam Islam serta implementasinya dalam ibadah dan mu'malah

Diantara cakupan materi dalam elemen Fiqih adalah rukun Islam. Di akhir fase A kompetensi peserta didik berada pada kemampuan untuk mengenal. Jika dikaitkan dengan konten isi maka peserta didik diharapkan mampu mengenal dan menyebutkan rukun Islam, itupun masih terbatas pada Syahdatain dan menerapkan tata cara Salat.

Pada akhir fase B, kompetensi peserta didik meningkat pada kemampaun melaksanakan ibadah namun masih pada ibadah yang sifatnya konkret. Seperti ibadah puasa, salat jumat dan salat sunah dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun