Dalam komunikasi biasa, pembicara akan mencari bentuk yang paling mudah dipahami dan tidak menimbulkan salah tafsir. Pembicaraannya harus jelas dan lugas. Dalam sastra, kejelasan dan kelugasan ini tidak dianggap penting. Sastrawan hanya ingin mengekspresikan keindahan yang merupakan pengalaman batinnya.
Sastra dibuat tidak selalu dibuat untuk dipahami tetapi untuk dinikmati. Dengan demikian, dalam komunikasi sehari-hari kita berusaha agar pembaca atau lawan bicara kita memahami isi pembicaraan kita sedangkan dengan sastra penulis berharap agar pembacanya dapat merasakan keindahannya.
Ada kalanya, orang memerlukan waktu berkali-kali membaca sebuah karya, khususnya puisi untuk memahami apa isinya. Bahkan, ada karya yang sama sekali tidak dapat dipahami isinya. Hal ini dipandang sesuatu yang lazim dalam sastra. Ketidakterpahaman maksud dan isi pesannya tidak akan dianggap sebagai sebuah kegagalan dalam bersastra.Â
Coba Anda bayangkan apabila itu dialami pembaca atau pendengar dalam komunikasi sehari-hari! Pasti itu akan dianggap komunikasi yang gagal karena keduanya saling tidak memahami maksud masing-masing. Lebih dari itu, itu akan dianggap sebagai percakapan yang gagal, tidak saling memahami.
Wallahu a'lam.
@salam dari Asep Nurjamin di Bumi Guntur Melati