Ketika hujan di rumah nenek,
air jatuh dengan lembut,
menyapa masa lalu yang tadi sebentar mampir, atap seng bergetar di tengah cerita nenek tentang hujan masa lalu,
tentang sekolah di zaman Jepang,
tentang kerbau dan kubangan lumpur.
Hujan di rumah nenek,
jatuh dalam irama yang teratur,
tapi kenangan mengucur deras,
cerita masa lalu tak henti menghangatkan kami, rebus jagung,
lezat tak terlupakan,
disela suara nenek penuh jeda dan helaan napas, matanya tetap cemerlang bergairah menghangatkan suasana.
Hujan di rumah nenek,
membangkitkan ingatan pada anak usia lima, telanjang dada menantang hujan,
bermain lumpur di halaman,
mengais masa depan dari remahan air hujan yang tercecer di halaman.
@salam dari Asep Nurjamin di Bumi Guntur Melati