Mohon tunggu...
Asep Ikhwan
Asep Ikhwan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat sosial enterpreneur yang mengelola yayasan pendidikan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Kalau engkau tak mampu menjadi beringin Yang tegak di puncak bukit Jadilah belukar, tetapi belukar yang baik, Yang tumbuh di tepi danau

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Jebakan Mentalitas Serba Instan

29 November 2022   21:23 Diperbarui: 29 November 2022   21:41 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Kenapa kita lebih suka mendapatkan hasil yang serba cepat dan instan? Jawabannya karena adanya kognitif bias, atau kesalahan penalaran atau kognitif error. Hal ini berdasarkan kehadiran kognitif errors bernama Present Bias. 

Present bias pada dasarnya merupakan kecenderungan kita sebagai manusia untuk lebih menghargai imbalan (reward) yang langsung bisa dinikmati saat ini juga, dibanding harus menunggu imbalan positif di masa depan. Sebagai manusia kita juga lebih suka instant reward daripada delayed reward slogannya " Kalau bisa dinikmati sekarang kenapa harus menunggu besok " .

Apakah ada yang salah dengan mentalitas serba instan ini? Pada dasarnya mentalitas ini menguji kepada daya tahan kita sebagai manusia untuk melewati sebuah proses dalam mendapatkan imbal hasil dari pekerjaan atau tahapan kehidupan yang harus kita lalui. Present bias terungkap dalam sebuah eksperimen berikut ini. Sekelompok responden diberikan pilihan : 

A) mau menerima uang Rp 1,2 juta saat ini juga atau B) menerima uang Rp 1,5 juta namun minggu depan. Mayoritas responden memilih opsi A atau pilihan yang pertama. Banyak orang tidak suka menunggu terlalu lama, meski sebenarnya mereka akan mendapatkan hasil yang lebih besar. Kecendrungan manusia untuk mendapat hasil secara cepat walau sebenarnya akan lebih besar nilainya kalau kita menunggu lebih lama menjadikan kita manusia yang kurang sabar untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan menunda beberapa saat agar mendapat hasil yang lebih besar.

Kita lihat bagaimana kecendrungan konsumen untuk mendapatkan makanan yang cepat saji seperti kita makan di restaurant Mc D , KFC dan sebagainya. Mentalitas serba instan ini menjadi sebuah peluang bagi perusahaan-perusahaan consumer goods baik foods dan drink untuk menyediakan anekan makanan dan minuman cepat saji. Ada keuntungan bagi perusahaan dari mentalitas serba instan ini.

Kembali ke pokok persoalan Present bias, ada kecendrungan orang untuk lebih membelanjakan uangnya untuk membeli Gadget baru ataupun belanja daripada menabung atau berinvestasi. 

Orang cendrung untuk menghabiskan uangnya sekarang daripada uangnya di depositokan bahkan diinvestasikan di reksa dana. Kepuasaan sesaat menjadi mentalitas yang akan menggerus kecerdasan finansial kita sehingga kita akan kesulitan dimasa depan karena tidak memiliki dana cadangan, dana darurat bahkan dana yang berkembang atau tumbuh dengan investasi.

Kemudahan berbelanja dengan online juga telah menjadi trend present bias ini, begitu mudah kita klik berbagai produk yang sebenarnya tidak kita perlukan diberbagai media online shopping. Kemudahan pembayaran dengan gopay, shopee pay, dana dsb telah membentuk mentalitas serba instan ini sehingga kita hidup lebih boros dan jarang memikirkan masa depan dengan berhemat atau menabung.

Menunda kesenangan saat ini demi sukses di masa depan biasanya memerlukan berbagai hal yang melelahkan dan membuat kita   tidak nyaman. Padahal keluar dari zona nyaman ini tidak begitu disukai sel saraf kita yang lebih suka kenyamanan (comfort zone) dan cenderung menikmati kemalasan.

Masa depan kita akan tergantung kepada pilihan kita, menunda kesenangan sesaat demi masa depan atau terus menerus hidup dalam dunia yang serba instan. Semuanya kembali kepada diri kita sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun