Aku kirim puisi ini menuju debu
Yang butirnya berhamburan di udara
sebagian menerbang dibawah jingga
sebagian melabrak ruang paling buruk di angkasa
Beginilah cara aku memaknai luka
Yang menyiksa tubuh menafsirkan kata
Kugunakan kaca hitam paling tebal
Agar mereka tak tahu bahwa air mata ini berkelindan
Di malam yang sunyi ini
Puisiku kukirimkan pula lewat hurup Nun
Dengan na'at yang menyambungkan darah dan urat
dengan sifat yang menyemburatkan perasaan bertaubat
Aku tak tega kepada jidat ini
Berkali-kali kubenturkan lewat sajadah berbaju rindu
Lewat bukumu, melalui perpustakaan cakrawala menuju dimensi beku
sehingga hubungan kita menjadi hampa udara hampa indera dan tiada
Malam ini kurasakan kosong hampa udara
Tanpa dirimu yang tak bosan membelai nafasku
Setiap saat, setiap detik, setiap waktu