Mohon tunggu...
asep gunawan
asep gunawan Mohon Tunggu... Pengabdi di Kabupaten Kepulauan Sula

ASN adalah jalan pengabdian, Menulis adalah jalan introspeksi pengabdian

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dear Ramadan, Tolong Ajari Aku Tentang Keikhlasan

3 Maret 2025   23:09 Diperbarui: 4 Maret 2025   10:26 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi merenung (Sumber: https://www.pexels.com)

"Kecuali orang-orang yang bertaubat dan memperbaiki diri dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan dengan tulus ikhlas (menjalankan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu bersama-sama orang-orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan pahala yang besar kepada orang-orang yang beriman." - QS. An-Nisa' ayat 146

Hai diriku,

Patutlah kamu bersyukur atas kehendak-Nya. Dengan izin-Nya, kamu masih diberi kesehatan dan umur panjang untuk menikmati Ramadan 2025. Meski mungkin saat ini kondisi kamu tidak sepenuhnya baik menurut versi diri kamu, tetaplah syukuri. Sebab, di belahan bumi lain, mungkin ada yang kondisinya lebih sulit daripada kamu. Bisa kamu pahami?

Ramadan selalu datang sebagai tamu istimewa, membawa ketenangan dan harapan yang mampu menyinari jiwa. Setiap kehadirannya, aku menyambut dengan hati yang penuh harap, menyiapkan rencana untuk memperbaiki ibadah, berbagi lebih banyak kebaikan, dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan sepenuh hati. Namun, di balik setiap niat mulia itu, ada satu pelajaran yang terus menguji diriku ... keikhlasan.

Keikhlasan, yang tampak begitu sederhana namun sesungguhnya merupakan puncak dari perjalanan spiritual yang mendalam, masih terasa sulit untuk sepenuhnya kumengerti. Tahun ini, aku ingin melihat Ramadan bukan hanya sebagai penanda waktu, melainkan sebagai guru yang bijak, mengajarkanku untuk melepaskan segala ekspektasi dan menerima setiap rahmat dengan tulus. Aku ingin belajar menapaki hari-hari suci ini dengan hati yang bersih, menemukan kekuatan dalam ketulusan, dan menjadikan setiap langkah sebagai wujud pengabdian yang murni. Dengan keikhlasan, semoga aku bisa menyalakan cahaya kebaikan yang tak hanya menerangi jalanku sendiri, tetapi juga menyebarkan inspirasi kepada sekelilingku.

Aku telah menyadari, sering kali kebaikan yang kupersembahkan terselubung oleh harapan akan balasan ... baik itu dalam bentuk penghargaan, pengakuan, atau sekadar ucapan terima kasih yang tulus. Aku berpuasa, namun dalam relung hati masih ada keinginan agar orang lain melihat keteguhan yang kupunyai. Aku menunaikan sedekah, meski diam-diam mendambakan pujian atas perbuatan itu. Bahkan ketika aku membantu sesama, terkadang harapan akan imbalan yang setimpal kembali mengusik pikiranku.

Di tengah keheningan Ramadan yang penuh berkah, aku merindukan pelajaran yang lebih dalam: agar aku bisa mencintai dengan tulus, memberi tanpa pamrih, dan membiarkan setiap perbuatan baik murni menjadi ungkapan cinta kepada-Nya. Aku berharap Ramadan mengajarkanku untuk melepaskan segala ekspektasi duniawi, sehingga keikhlasan sejati bisa mengalir dari hati ini, menjadikan setiap langkah ibadah dan kebaikan sebagai cermin dari cinta yang murni dan abadi.

Di bulan ini, aku ingin belajar bahwa keikhlasan bukan hanya tentang menutupi harapan di hati, tetapi benar-benar menghapusnya. Aku ingin beribadah semata-mata karena cinta kepada-Nya, bukan karena ingin terlihat lebih baik di mata orang lain. Aku ingin memberi dengan tulus, tanpa mengingat-ingat jumlah yang telah kuberikan. Aku ingin membantu orang lain, tanpa perlu mereka tahu bahwa akulah yang menolong.

Ramadan, tolong ajari aku bahwa keikhlasan adalah ketenangan. Bahwa ketika aku berhenti mengharapkan sesuatu dari manusia, aku justru akan mendapatkan kebahagiaan yang lebih dalam. Bahwa saat aku benar-benar menyerahkan segala usahaku kepada-Nya, hidup akan terasa lebih ringan, bebas dari beban ekspektasi dan kekecewaan.

Karena pada akhirnya, setiap langkah yang kutempuh, setiap usaha yang kulakukan, dan setiap kebaikan yang kutanam tidaklah untuk manusia, melainkan sebagai bekal perjalananku menuju kehidupan yang kekal. Ramadan, ajari aku bahwa ketika ajal menjemput, bukan pujian atau pengakuan dunia yang akan menemani, melainkan ketulusan amal yang pernah kutabur. Biarkan aku mengerti bahwa semua yang kugenggam di dunia ini akan sirna, kecuali apa yang telah kuikhlaskan karena-Nya.

Aku ingin menjalani hari-hari dengan penuh ketulusan, agar ketika tiba waktuku berpulang, aku pergi dengan hati yang damai, tanpa penyesalan atas harapan-harapan yang tak terpenuhi. Aku ingin keikhlasan menjadi pelita yang menerangi jalanku, hingga di akhir nanti, aku bisa kembali kepada-Nya dengan jiwa yang tenang, ridha terhadap takdir-Nya, dan diridhai oleh-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun