Mohon tunggu...
Asep Totoh Widjaya
Asep Totoh Widjaya Mohon Tunggu... Dosen - Keep Smile and Change Your Life

Guru SMK Bakti Nusantara 666-Kepala HRD YPDM Bakti Nusantara 666 Cileunyi Kab.Bandung, Wakil Ketua BMPS Kab. Bandung, Dosen di Universitas Ma'soem, Konsultan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menanti Generasi "Entrepreneur"

3 Januari 2020   22:40 Diperbarui: 3 Januari 2020   22:56 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

DISKURSUS "Indonesia Emas" terus muncul di ruang publik, pada tahun 2019 penduduk Indonesia berjumlah 267 juta jiwa. Puncak bonus demografi di Indonesia diprediksi akan terjadi pada 2030-2045, dan akan menjadi ujian keberhasilan para "Generasi Emas". Generasi Emas tersebut adalah generasi emas berkaitan dengan bagaimana keadaan generasi Indonesia ketika berusia 100 tahun merdeka.

Dan yang kedua adalah generasi emas dalam penjabaran kata "EMAS", sebagai bangsa yang besar dengan modalitas yang sangat luar biasa; baik sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya kultural, maupun sumber daya lainnya; sudah saatnya dikelola dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat (Kopeuw: 2015).

Tantangan yang harus dihadapi bangsa ini guna mencapai Indonesia Emas 2045 adalah kualitas SDM, moral dan karakter bangsa. Ketiga hal tersebut harus ditanggulangi dengan memperkuat landasan pendidikan berupa pendidikan formal dan pendidikan karakter, serta pembentukan jiwa kewirausahaan.

Momen bonus demografi ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk menghadapi arus kemajuan ekonomi digital demi kemajuan bangsa, entrepreneurship merupakan salah satu kendaraan untuk mendayagunakan demografi penduduk, meningkatkan perekonomian sebuah negara dan daya saing bangsa.

Survei yang dilakukan oleh perusahaan komunikasi Y&R, BAV Consulting serta tim riset Wharton School of the University of Pennsylvania membuktikan, semakin banyak kesempatan berwirausaha di sebuah negara, maka akan semakin baik pula iklim ekonomi di negara tersebut (Edy Soeryanto:2019).

Menyoal kewirausahaan pada generasi emas 2030-2045, saat ini dibutuhkan sekitar empat juta pengusaha baru agar mampu menggenjot perekonomian Indonesia sebab di beberapa negara berkembang kehadiran pengusaha sangat berkontribusi dalam membantu perekonomian. Mengacu pada data Kementerian Perindustrian yang menunjukkan rasio wirausaha di Indonesia saat ini masih sekitar 3,1% dari populasi penduduk, jumlah wirausaha 3,1% kurangnya minimal kita butuh 4 juta pengusaha baru dan tentunya ini masih jauh sekali dari target untuk menumbuhkan perekonomian Indonesia.

Sejatinya hal tersebut harus direspon secara cepat dan tepat oleh Perguruan Tinggi agar mampu meningkatkan daya saing bangsa Indonesia ditengah persaingan. Namun, tiap tahunnya tingkat pengangguran di Indonesia selalu menjadi masalah pendidikan. Hal tersebut menjadikan tantangan nyata dalam dunia pendidikan untuk dapat menghasilkan lulusan-lulusan yang nantinya mampu bersaing dan berkompeten dalam berbagai bidang. Ekspektasi nyata masyarakat terhadap perguruan tinggi adalah dari agen pendidikan, agen penelitian dan pengembangan, agen transfer budaya dan teknologi, pada akhirnya diharapkan menjadi agen pengembangan ekonomi.

Oleh karena itu dari sisi kemampuan melakukan penelitian, perguruan tinggi diharapkan mampu merujuk pada konsep Penta Helix, sebab konsep tersebut ideal dan sangat menjanjikan untuk menyambut era Knowledge Society serta berkompetisi dalam Knowledge Based Economy. Dalam era knowledge based economy, tantangan yang dihadapi institusi pendidikan tinggi semakin komplek.

Gibb et al., (2009) mengemukakan paradigma atau cara pandang baru yang diperlukan institusi untuk menyikapi berbagai perubahan lingkungan, diantaranya adanya tekanan publik yang menyebabkan ketidakpastian yaitu: massification of education, tuntutan untuk memberikan open educational resources kepada masyarakat, tuntutan lulusan yang siap kerja, tantangan globalisasi dan persaingan. Tuntutan yang paling mengemuka adalah institusi pendidikan tinggi harus entrepreneur application dan innovation driven, berbeda dari kondisi saat ini hanya beraktivitas di zona aman (pure public dan budget driven).

Setelah melalui transformasi tiga generasi, yaitu, Humboldtian University, Teaching University dan Research University, kini perguruan tinggi bertransformasi menuju perguruan tinggi generasi 4.0 (fourth generation university) yaitu Entrepreneurial University. Elemen pokok dalam gagasan entrepreneurial university adalah pergeseran kegiatan penelitian dari basis individual menjadi kelas kolektif atau berkelompok.

Melihat dari trend dan perkembangan Pendidikan Tinggi secara global maka terdapat sebuah utopia mengenai sebuah bentuk pendidikan tinggi, keniscayaannya diperlukan perubahan paradigma (change paradigm) bagaimana agar perguruan tinggi mampu mencetak para wirausahawan yang mampu memberikan lapangan kerja kepada masyarakat secara luas. Peran dari perguruan tinggi sebagai salah satu institusi penyumbang calon wirausaha sangat dinantikan peranannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun