Untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia menurut Michael G. Fullan yang dikutip oleh Suyanto dan Djihad Hisyam (2000) mengemukakan bahwa "educational change depends on what teachers do and think...". Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan sangat bergantung pada "what teachers do and think ". atau dengan kata lain bergantung pada penguasaan kompetensi guru. Guru abad 21, guru dengan kompetensi intinya tidak lagi sekedar guru yang mampu mengajar dengan baik melainkan guru yang mampu menjadi pembelajar dan agen perubahan sekolah, dan juga mampu menjalin dan mengembangkan hubungan untuk peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya.
Berkaitan dengan peran profesi guru sebagai guru pembelajar, penulis ingin mengkaji empat jenis penyakit hati yang menonjol pada guru yang bisa menghambat pengembangan kompetensi guru yaitu penyakit AIDS (Arogan,Iri hati, Dengki dan Sombong). Penyakit hati AIDS pada guru akan menghalangi pengembangan keprofesionalismean seorang guru, akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan profesinya. Sehebat apapun kurikulumnya atau program pengembangan belajarnya ketika ketika gurunya memiliki penyakit AIDS maka akan susah mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas dan berdaya saing.
Guru yang memiliki penyakit AIDS adalah guru Arogan selalu mengumbar amarah dan berkata keras nan kasar, kesehariannya selalu tampil dalam sosok pemarah. Padahal Shakespeare mengatakan "Lebih mudah untuk sampai ke dalam hati seseorang dengan mempergunakan kata-kata yang lemah lembut daripada dengan pedang." Di sekolah para siswa menyukai guru yang menunjukkan perhatian dan memahami mereka. Siswa tidak suka kepada guru yang tidak menjaga perasaan, membentak-bentak murid di hadapan teman sekelas sehingga para siswa merasa takut, merasa tidak aman.
Selanjutnya guru yang memiliki sifat Iri hati dan Dengki, sederhananya guru yang iri dan dengki memiliki kemiripan yaitu sama-sama benci melihat kebahagiaan atau keberhasilan orang lain tetapi merasa tidak mampu. Sifat iri ingin menyaingi apa yang dimiliki orang yang dibencinya. Sifat dengki ingin menghilangkan apa yang dimiliki orang yang dibencinya. Kemudian guru yang Sombong di mana ia menganggap dirinya lebih baik dan lebih utama dari orang lain. Guru tersebut memiliki perasaan bangga diri yang dalam penampilannya tidak memerlukan atau melibatkan orang lain. Guru yang sombong lebih terfokus kepada rasa kagum terhadap diri sendiri, suka membanggakan dan menonjolkan diri sendiri.
Maka untuk mampu mengembangkan kompetensi profesinya secara berkelanjutan, maka seorang guru saat ini harus jauh dan membuang penyakit hati AIDS. Hasil penelitian dalam dunia kesehatan dalam bukunya "The Miracle of Endorphin (2014)", Â semakin orang berpikir positif, senang, dan bahagia, otaknya akan mengeluarkan hormon Beta-Endorphin yang sering disebut si hormon ajaib pemicu kebahagiaan yang akan memperkuat daya tahan alami tubuh, menjaga sel otak tetap muda sehingga berpeluang melawan penuaan, menurunkan agresivitas dalam hubungan antar manusia, termasuk meningkatkan semangat, dan kreativitas.
Tuntutan lainnya guru harus mendidik dengan hati lewat ungkapan rasa kasih sayang (love), keikhlasan (sincerely), kejujuran (honesty), keagamaan (spiritual), dan suasana kekeluargaan (family atmosphere) dan seorang guru akan tercermin cara bertutur kata dan penampilan. Seorang pendidik akan menarik perhatian siswa yang mendengar dan melihatnya bilamana ada kekuatan magnetis lisan dan performance, karena pada dasarnya jiwa manusia itu cenderung dan tertarik dengan penampilan yang indah dan baik. Dan menjadi guru pembelajar adalah keharusan mengupgrade diri merupakan bagian penting yang harus dilakukan agar tetap bisa bersaing dan bertahan hidup, Life Long Learning menjadi tuntutan bagi setiap guru agar pengetahuan dan keterampilannya terus terjaga meski perubahan zaman terjadi begitu cepat dan dinamis.