Mohon tunggu...
asep d darmawan
asep d darmawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - FAKTA DIRI

Laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Money

Bagasi Pesawat dan Menurunnya Daya Beli

27 April 2019   21:15 Diperbarui: 27 April 2019   22:34 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan bahwa tingginya harga tiket pesawat akan memicu inflasi (Detik, 26/04/2019). Menurutnya salah satu penyebab inflasi adalah harga tiket. Padahal inflasi rendah sangat dijaga pemerintah. Oleh karenanya akan dicari formula yang tepat untuk masalah tiket pesawat ini.

Gonjang ganjing mahalnya tiket pesawat telah berlangsung lama. Pemerintah tampaknya kesulitan menurunkan harga tiket pesawat, yang memang merupakan kewenangan operator pesawat. Berbagai intruksi pemerintah ke operator pesawat tidak membuat operator menurunkan harga tiket pesawat. Sehingga penurunan penumpang terjadi di beberapa penerbangan. Bahkan menurut beberapa berita, membuat beberapa operator membatalkan penerbangan karena minimnya penumpang. Hari ini misalnya, penerbangan dari Bali ke Bandung masih menyisakan bangku kosong.

Bila ini berlangsung lama dan tidak ada solusi yang berarti, tidak menutup kemungkinan akan berdampak pada industri parawisata. Bila ini terjadi akan berpengaruh pula pada fiskal daerah, karena beberapa daerah ada yang mrngandalkan industri parawisata sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah. Dan kita tahu dari sektor ini, untuk Kab. Badung misalnya,  memberi kontribusi lebih dari 4 trilyun per tahun dari sektor hotel dan restaurant.

Tingginya tiket pesawat akan berpengaruh pada kunjungan wisatawan ke daerah wisata. Dan tentu ini akan berdampak pada perputaran uang di daerah. Ini bisa jadi berdampak pula pada pertumbuhan ekonomi makro maupun mikro. Salah satunya adalah sektor hotel dan restaurant.

Disamping faktor harga tiket pesawat, yang akan mendorong menurunnya perputaran ekonomi di daerah, khususnya daerah wisata adalah mahalnya bagasi pesawat. Kalau dulu masih ada batas gratis bagasi, sekarang dibebani biaya bagasi. Ini berpengaruh besar pada penjualan bisnis UMKM di daerah wisata.

Seorang penumpang dari Bali tujuan Bandung mengatakan, belanja oleh-oleh sekarang ini malas bawanya, karena  harus membayar biaya bagasi. Dan terkadang biaya bagasi melebihi harga oleh-oleh.

Penulis sengaja bertanya ke petugas salah satu operator penerbangan di Bali, bahwa harga bagasi per kilonya adalah Rp. 32.000. Ini artinya bila bawaan penumpang melebih 7 kg, tidak bisa dibawa ke kabin. Dan bila melebihi 7 kg maka harus disimpan di bagasi dan pasti dikenakan biaya Rp 32.000,- per kilo kali berat seluruhnya. Kalo saja beratnya 10 kg, maka penumpang harus bayar sebesar Rp. 320.000,-. Padahal yang berat itu adalah kaos, pie susu dan lain-lain kue basah yang tentunya akan berat padahal harganya tidak seberapa.

Melihat kondisi demikian, akan menyebabkan minat penumpang untuk berbelanja berkurang. Dan bila ini tidak ada solusi juga, akan membuat ekonomi daerah makin parah. Oleh karena itu, pemerintah harus mencari solusi bukan hanya harga tiket pesawat murah tetapi juga tentang kebijakan bebas  bagasi untuk ukuran tertentu. Semoga.***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun