Mohon tunggu...
asep d darmawan
asep d darmawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - FAKTA DIRI

Laki-laki

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Personal Branding Caleg, Bisa Beli?

9 Maret 2019   22:44 Diperbarui: 9 Maret 2019   22:48 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kalau saja personal branding caleg bisa beli, saya mungkin salah satu yang akan beli dan mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif. Hanya sayang itu tidak bisa. 

Caleg tidak bisa seperti bisnis. Unilever bisa membeli Teh Sariwangi yang sudah baik citranya. Dan tentu citra yang sudah baik, hanya perlu memoles, mempertahankan dan meningkatan. Beda dengan membangun brand dari awal. Ini membutuhkan biaya yang besar. Begitupun dalam pencalegan.

 Dialog Ira Koesno di salah satu stasiun televisi tadi malam (3/3/2019) dengan calon anggota legislatif mantan jurnalis, sangat menarik untuk dicermati. Ira bertanya pada Arif Soeditomo berapa anggaran yang disiapkan untuk maju menjadi caleg DPR RI? Arif mengatakan bahwa dirinya menyiapakan tidak kurang dari 1 Milyar rupiah. Begitupun Meutia Hafid mengaku menyiapkan angka 1 milyar untuk mencalonkan lagi sebagai caleg DPR RI.

Menanggapi hal itu, salah satu nara sumber yang bukan jurnalis terkenal, mengatakan bahwa dirinya untuk mencalonkan diri sebagai caleg DPR RI membutuhkan angka 5 sampai 7.5 Milyar rupiah. Menurutnya, kalau Arif dan Meutia sdh memiliki popularitas yang bagus sehingga tidak membutuhkan biaya yang begitu besar. Lain halnya, dirinya yang harus membangun citra dari nol, maka membutuhkan biaya yang besar.

Melihat dialog di atas, jelas bahwa membangun citra itu membutuhkan biaya yang mahal. Dan tentu tidak mudah agar citra seseorang itu diketahui semua orang. Bukan hanya dari sisi biaya yang besar, melainkan membangun citra positif itu tidak serta merta dapat diperoleh.

Personal branding adalah bagaimana membangun citra diri secara terus menerus sehingga diketahui publik. Personal branding bukan hanya sekedar penampilan yang kelimis atau ganteng atau cantik saja, melainkan membangun citra diri dari berbagai hal positif. 

Saya teringat seorang birokrat yang memberikan motivasi kepada para mahasiswa. Beliau bercerita bahwa visi hidupnya dalam berkarir sebagai birokrat telah ditanamkan sejak jadi lurah. Dan sejak itulah, visinya tersebut dijabarkan dalam bentuk citra diri yang positif.

Kompetensi digali, kreativitas dikembangkan, semangat kerja dipupuk dengan baik sehingga memunculkan citra positif yang baik di berbagai kalangan. Dan beliau bersyukur, hasilnya itu telah membuahkan hasil dengan menduduki jabatan tertinggi di daerah untuk ASN, yakni Sekretaris Daerah Kabupaten Sumedang. Beliau adalah Herman Suryatman. Beliau juga mengaku telah menanamkan pada istrinya. Ini merupakan salah satu wujud perlunya membangun personal branding.

Personal branding tidak lepas dari tiga hal, yakni etika, estetika dan retorika. Ketiga hal ini harus dibangun dengan baik, dikembangkan secara matang dan dipelihara dengan sempurna. Ketiga hal tersebut tentunya dipengaruhi pula tingkat pendidikan dan kompetensi.  

Membangun personal branding dibutuhkan oleh setiap orang dalam posisi pekerjaan apapun. Personal branding diukur sesuai dengan takaran  dosis yang dibutuhkan. Makin tinggi dosis yang dibutuhkan makin membutuhkan energi yang besar untuk mencapainya.

- See more at: tinewss.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun