Mohon tunggu...
Astaj
Astaj Mohon Tunggu... Tentara - Astaj
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Man Jadda Wajada

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dua Tareqat yang Ditakuti Penjajah Belanda

3 Desember 2020   23:40 Diperbarui: 3 Desember 2020   23:42 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dua Tarekat Tasawuf yang Ditakuti Penjajah Belanda (Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsabandiyah)

Menurut Cendekiawan Muslim, Prof Azyumardi Azra, Di nusantara, ada dua tarekat yang paling ditakuti penjajah Belanda saat itu. kedua tarekat yang paling dikhawatirkan penjajah itu adalah Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naksabandiah. Mengapa penjajah takut terhadap dua tarekat tasawuf itu?

Kekhawatiran Belanda terhadap gerakan yang dimotori tarekat memang sangat beralasan.  Sebab, begitu banyak perlawanan dan gerakan menentang penjajahan yang dipimpin tokoh tarekat atau pengikut tarekat tertentu. Karena itulah, tarekat mendapatkan pengawasan khusus dari Belanda.

Lantas mengapa tarekat sangat ditakuti prapenjajah pada masa kolonial dulu? Menurut Bruinessen, antara tasawuf dan tarekat memang terdapat dua persepsi yang bertolak belakang. "Para pejabat penjajah Belanda, Prancis, Italia, dan Inggris lazim mencurigai tarekat karena dalam pandangan mereka, fanatisme kepada guru dengan mudah berubah menjadi fanatisme politik," papar Bruinessen.

Tarekat Naksabandiyah, menurut Ensiklopedi Islam, tersebar ke nusantara pada abad ke-19 M. Tarekat ini dibawa para pelajar asal Indonesia yang menimba ilmu di tanah suci Makkah atau melalui jamaah yang pulang dari menunaikan ibadah haji.

"Pada abad ke-19 M, di Makkah terdapat sebuah pusat Tarekat Naksabandiyah yang dipimpin oleh Sulaiman Effendi," tulis Ensiklopedi Islam. Markas Tarekat itu berada di kaki gunung Abu Qubais. Sejarawan J Spencer Trimingham, pernah menyebutkan bahwa sekitar 1845 M, seorang  syekh Naksabandiyah  dari Minangkabau di baiat di Makkah.

Di Indonesia, terdapat dua versi tarekat Naksabandiyah: Khalidiah dan Muzhariyah. Tarekat Naksabandiyah Khalidiah disebarkan oleh Syekh Ismail al-Khalidi di Minangkabau. Penyebaran tarekat ini dimulai dari kampung halaman sang syekh, yakni Simabur, Batusangkar, Sumatra Barat.

"Dari Simabur, tarekat ini menyebar ke Riau, kemudian ke Kerajaan Langkat dan Deli, selanjutnya ke Kerajaan Johor," ungkap Ensiklopedi Islam. Sedangkan Tarekat Naksabandiyah Muzhariyah bersumber dari Sayid Muhammad saleh az-Zawawi. Kedua syekh penyebar tarekat dengan versi beda itu hidup sezaman.

Selain kedua Tarekat Naksabandiyah itu, di nusantara juga dikenal Tarekat Qadiriyah Naksabandiyah. Tarekat itu merupakan penggabungan antara Tarekat Qadiriyah dan tarekat Naksabandiah yang dipelopori oleh Syekh Ahmad Khatib sambasi, yang berasal dari kampung Dagang atau Kampung Asam di daerah Sambas, Kalimantan Barat.

Seperti halnya Tarekat Naksabandiyah, Qadiriyah yang juga menyebar di Indonesia berasal dari Makkah. Ada yang menyebutkan, Tarekat Qadiriyah menyebar di nusantara pada abad ke-16, khususnya di seluruh Jawa, seperti di Pesantren Pegentongan Bogor Jawa Barat, Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat, Mranggen Jawa Tengah, Rejoso Jombang Jawa Timur, dan Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur.

Tarekat ini mengalami perkembangan  yang amat pesat pada abad ke-19 M, terutama ketika menghadapi penjajahan Belanda. Menurut Annemerie Schimmel dalam Mystical Dimensions of Islam, tarekat bisa digalang untuk menyusun kekuatan guna menandingi kekuatan lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun