Mohon tunggu...
Asa Rahmadi
Asa Rahmadi Mohon Tunggu... Atlet - Laki-laki

Mahasiswa Kimia yang nggak kimia kimia banget

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kadang Merasa Seperti Bapak Jokowi

16 Mei 2020   03:57 Diperbarui: 16 Mei 2020   04:24 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Banyak berita beredar sekitar beberapa minggu kebelakang dimana Bapak Jokowi Presiden kita nampak sedang berbagi sembako untuk orang-orang kurang mampu yang sedang mencari rezeki di sepanjang jalan.

Banyak sekali yang memberikan reaksi saat itu, saya pun demikian, namun baru sempat kali ini karena sedang sibuk menulis skripsi dan juga artikel tanpa isi. Tentu, banyak ditemukan reaksi baik yang memuji ataupun mengkritisi, semua bebas beropini karena Indonesia negara demokrasi, bukankah begitu pak polisi?

Saya juga mau ikutan jadinya, memberi sedikit opini tanpa mengesampingkan relevansi atas sesuatu yang telah terjadi. Melihat Bapak Jokowi yang gemar memberi, berkeliling jalan ditemani ajudan pribadi, membuat saya sejenak merasa kagum dan instropeksi diri, kapan saya akan berbaik hati dan sering memberi. Namun, karena memang perasaan tersebut hanya sejenak, saya kembali merasakan hal yang lain lagi, terlebih setelah melihat banyak reaksi dari netizen Indonesia yang bermartabat ini.

Beragam komentar saya baca dan cermati, ada yang memuji, mengkritisi, dan juga sedikit terlihat mencaci, yang mana hal ini tak seharusnya diperkarakan loo, kan negara demokrasi. Tapi hukum telah disepakati, mencaci itu tidak diperbolehkan dan akan diperkarakan oleh UU ITE yang multifungsi dan kebanyakan malfungsi.

Baik, kembali ke opini, sebenarnya saya bukannya tidak sepakat dengan komentar netizen lainnya, namun saya pun memiliki pendapat pribadi atas fenomena yang telah terjadi. Memang Bapak Jokowi ini sangat gemar memberi, karena banyak sekali portal berita yang mengulasnya berkali-kali, dengan waktu dan tempat kejadian yang berbeda terutama dikala pandemi.

Beberapa kali Bapak Jokowi terlihat membagikan sedikit rezeki, kepada para pekerja yang kebetulan sedang berada di jalanan yang beliau lintasi. Mulia sekali, kegiatan memberi ini tentu tak sembarangan orang yang bisa melakukannya dengan murah hati.

Namun, Bapak juga ingat kan kalau menjadi seorang Presiden bukan sesuatu hal yang sembarangan, dimana semua rakyat berpangku tangan mengharapkan sebuah kebijakan yang tepat dan mampu menjadi titik terang dari suatu permasalahan. Tentu saja Bapak selalu ingat, karena banyak rakyat juga tak bosan-bosannya mengingatkan.

Saya tidak mempermasalahkan sifat Bapak yang gemar memberi rezeki ini, terkadang memang kegiatan sampingan lebih menyenangkan daripada tugas utama yang harus dikerjakan. Seperti kata ahli psikologi yang sering bermunculan di lini masa twitter, mereka bilang ini sebuah terapi untuk diri, apakah Bapak merasa seperti ini?

Jika memang iya, Bapak tidak perlu berkecil hati, saya pun merasakan hal yang sama dan kita harus melakukan tos setelah berakhirnya pandemi. Sebagai seorang mahasiswa tingkat akhir, tentu tugas utama saya adalah menyelesaikan skripsi dengan target bisa melangsungkan sidang pada bulan Juni.

Bapak juga punya tugas utama kan, apalagi ditengah pandemi ini, kebijakan Bapak yang paling ditunggu loo, tentu saja untuk memutus rantai pandemi dan segera menggerakkan roda ekonomi. Bicara tentang ditunggu, bukan hanya bapak yang sedang ditunggu rakyat untuk segera mengeluarkan kebijakan tegas guna mengakhiri pandemi, saya pun sedang ditunggu dosen pembimbing untuk segera menyelesaikan skripsi.

Tapi memang benar Pak, melakukan kegiatan sampingan lebih mengasyikkan, meskipun efeknya sementara, namun memberikan kepuasan dalam jiwa. Daripada menulis skripsi, saya lebih suka menulis sesuatu hal yang tidak berisi, seperti tentang berak misalnya, saya bisa menulisnya bahkan sampai harus membutuhkan daftar isi.

Mungkin rasa asyik ini juga bapak rasakan ketika sedang berbagi rezeki di sepanjang jalan, daripada harus membuat kebijakan dengan jumlah pertemuan yang tidak bisa diperkirakan, mending langsung saja memberi bantuan ke jalan-jalan, tentu banyak orang yang menantikan.

Tapi pak, suatu hari Ibu saya pernah bertanya, apa yang saya lakukan setiap hari sehingga baru bisa tidur ketika pagi, saya jawab saja sedang menulis skripsi. Andai saja Ibu saya tahu saya lebih suka menulis artikel tentang berak yang tidak berisi daripada menulis skripsi, dicaci maki sudah pasti.

Kalau misal pertanyaan ini saya ajukan ke Bapak, apa yang bapak lakukan dari bulan Februari sehingga meminta kurva penderita corona menurun di bulan Mei? Tidak perlu dijawab Pak, pasti pendukung Bapak akan membantu memberikan jawaban dengan senang hati sembari mencantumkan tautan.

Dari penjelasan diatas sudah dapat disimpulkan opini saya terhadap sebuah fenomena bagi-bagi rezeki oleh Bapak Jokowi. Benar, saya memang terkadang merasa sama seperti Bapak Jokowi senang melakukan kegiatan sampingan daripada mengerjakan tugas utama yang harusnya diselesaikan.

Tentu bukan cuma saya seorang kan yang merasa demikian, kalian para pembaca juga kan? Meskipun opini saya tidak panjang, tapi dengan panjangnya penjelasan masih tetap relevan kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun