Mungkin rasa asyik ini juga bapak rasakan ketika sedang berbagi rezeki di sepanjang jalan, daripada harus membuat kebijakan dengan jumlah pertemuan yang tidak bisa diperkirakan, mending langsung saja memberi bantuan ke jalan-jalan, tentu banyak orang yang menantikan.
Tapi pak, suatu hari Ibu saya pernah bertanya, apa yang saya lakukan setiap hari sehingga baru bisa tidur ketika pagi, saya jawab saja sedang menulis skripsi. Andai saja Ibu saya tahu saya lebih suka menulis artikel tentang berak yang tidak berisi daripada menulis skripsi, dicaci maki sudah pasti.
Kalau misal pertanyaan ini saya ajukan ke Bapak, apa yang bapak lakukan dari bulan Februari sehingga meminta kurva penderita corona menurun di bulan Mei? Tidak perlu dijawab Pak, pasti pendukung Bapak akan membantu memberikan jawaban dengan senang hati sembari mencantumkan tautan.
Dari penjelasan diatas sudah dapat disimpulkan opini saya terhadap sebuah fenomena bagi-bagi rezeki oleh Bapak Jokowi. Benar, saya memang terkadang merasa sama seperti Bapak Jokowi senang melakukan kegiatan sampingan daripada mengerjakan tugas utama yang harusnya diselesaikan.
Tentu bukan cuma saya seorang kan yang merasa demikian, kalian para pembaca juga kan? Meskipun opini saya tidak panjang, tapi dengan panjangnya penjelasan masih tetap relevan kan?