Mohon tunggu...
Asad Kholilurrahman
Asad Kholilurrahman Mohon Tunggu... Seorang Manusia Yang Bercita Menjadi Dosen

Aku ingin mengabadikan diri dengan tulisan-tulisan, dan juga ingin terkenal dari itu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tidak Ada Baju Baru di Hari Raya

8 Februari 2025   22:40 Diperbarui: 8 Februari 2025   22:40 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Baju Baru, Sumber: pixabay.com

Hari raya dalam agama Islam adalah hari kemenangan, di mana sebulan penuh umat Muslim berpuasa, menahan dahaga dan lapar. Uniknya, sebelum hari raya tiba, orang-orang sudah sibuk mempersiapkan segala hal untuk merayakan kemenangan itu dengan membuat kue atau membeli baju baru. Sepertinya, kebanyakan orang masih merasa perlu membeli baju baru. Entah apa motivasinya, mungkin sebagai bentuk perayaan, ingin terlihat keren di depan kerabat, atau alasan lainnya. Namun, berdasarkan pengalaman penulis, membeli baju baru di hari raya lebih kepada keinginan untuk tampil rapi di hadapan keluarga besar.

Pernah suatu kali, penulis ditanya oleh salah satu kakak sepupu, "Kamu tidak beli baju baru?" Kemudian saya menjawab, "Tidak." Bagi saya, membeli baju baru bukan suatu keharusan, karena masih ada baju yang layak dikenakan di hari raya. Bukan karena tidak ada uang, tetapi apa masalahnya jika tidak membeli baju baru? Kerabat-kerabat saya sejak dulu memang selalu membeli baju baru, bahkan mereka merasa aneh jika ada yang tidak melakukannya. Entah di mana letak keanehannya, tetapi ketika saya bertanya mengapa harus membeli baju baru, mereka menjawab, "Biar tampil beda."

Padahal, tidak ada perbedaan antara mengenakan baju lama atau baru. Baju baru tidak akan mengubah seseorang menjadi lebih mulia atau perlu dikagumi, sebagaimana baju lama tidak akan menjadikannya hina. Selama pakaian masih layak, mengapa harus membeli yang baru? Kecuali jika pakaian sudah lusuh, maka membeli yang baru tentu masih masuk akal. Atau mungkin karena ada rasa gengsi jika memakai pakaian yang sama setiap tahun? Rasanya, satu tahun bajunya itu-itu saja lebaran yang lalu memakai ini, sekarang dipakai lagi. Tapi apakah benar kita gengsi atau hanya sekadar ingin pamer?

Sekali lagi, baju baru tidak membuat seseorang menjadi lebih tinggi derajatnya. Ia tetap sama levelnya dengan orang yang memakai baju lama yang pernah dikenakan di hari raya sebelumnya. Tidak perlu merasa kasihan pada mereka yang tidak membeli baju baru, karena mereka lebih memikirkan manfaatnya daripada gengsinya. Jika karena gengsi, biaya hidup justru menjadi mahal dan hati tidak akan tenang karena terlalu memikirkan pandangan orang lain. Islam yang baik adalah meninggalkan sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Maka pertanyaannya, baju baru di hari raya, manfaatnya apa?

Mungkin, jika seseorang memahami tujuan sebenarnya dari membeli baju baru, ia tidak akan terlalu berambisi untuk melakukannya setiap tahun. Ia akan merasa cukup dengan berpakaian sederhana, karena yang terpenting di hari raya bukanlah pakaian yang dikenakan, melainkan perasaan bahwa dirinya benar-benar menang. Ada perubahan signifikan yang ia peroleh dari puasa yang dijalani. Jika memang ingin memberikan reward kepada diri sendiri atau anak-anaknya, tentu tidak masalah, asalkan tidak menjadikannya sebagai keharusan tanpa makna.

Sebenarnya yang perlu diperbarui bukanlah baju, melainkan hati, prilaku, dan sikap sehari-hari kita, merubah pada versi yang lebih baik lagi. Tidak melulu fokus pada sandang, tetapi prilaku juga penting. sebagaimana dikatakan dimuka bahwa kemuliaan seseorang bukanlah pada baju yang dikenakan tetapi sikap yang ditampakkan pada orang-orang itu lah yang menjadi tolok ukur kemuliaannya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun