Mohon tunggu...
Asad Kholilurrahman
Asad Kholilurrahman Mohon Tunggu... Seorang Manusia Yang Bercita Menjadi Dosen

Aku ingin mengabadikan diri dengan tulisan-tulisan, dan juga ingin terkenal dari itu.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Bahaya Kata "Nanti Dulu"

5 Februari 2025   22:45 Diperbarui: 5 Februari 2025   22:45 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pemalas, Sumber Foto: istockphoto.com

Waktu dalam kehidupan manusia ibarat jantung, ia berperan sangat vital dalam perjalanan hidup. Waktu dapat menenangkan jiwa dan membawa kebahagiaan, tetapi juga bisa menyesakkan dan menimbulkan kesedihan serta kekecewaan. Waktu adalah jalan bagi manusia dalam menggapai mimpi, layaknya mata uang yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Jika manusia tidak berjalan seiring dengan waktu, salah satunya akan meninggalkan yang lain tanpa perpisahan.

Ada sebuah peribahasa, "Setiap waktu ada orangnya, setiap orang ada masanya." Artinya, perjalanan manusia selalu ditemani oleh waktu yang merekam setiap momen hingga menjadi sejarah. Sejarah tidak lepas dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Begitu pula manusia, apa pun yang dilakukan selalu terkait dengan waktu. Oleh karena itu, waktu menentukan apakah seseorang akan menjadi bahagia atau justru sebaliknya.

Lalu, bagaimana jika manusia mengabaikan waktu? Jika seseorang membiarkan waktu berjalan sendiri sementara dirinya hanya bermalas-malasan, maka penyesalan akan datang. Banyak orang, baik di masa lalu maupun sekarang, menjadi korban karena menyia-nyiakan waktu. Mereka tertinggal dari orang lain, kehilangan kesempatan, dan bahkan tidak mampu mengubah diri sendiri, sementara orang lain dengan keterbatasannya justru melampaui mereka.

Fenomena seperti ini sering terjadi di sekitar kita, bahkan mungkin pada diri sendiri. Sifat menunda-nunda sering kali muncul dalam bentuk kebiasaan berkata, "Nanti dulu." Padahal, kata ini seharusnya tidak pantas diucapkan karena dapat membentuk karakter pemalas.

Agama mengajarkan manusia untuk tidak bermalas-malasan. Dalam Al-Qur'an, manusia diperintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan. Namun, mengapa masih ada yang berkata, "Nanti dulu"? Mengapa harus menunggu jika sesuatu bisa langsung dilakukan? Orang sukses tidak mengenal kata "nanti dulu," karena mereka tahu betapa berbahayanya menunda sesuatu.

Orang bijak tidak akan membiarkan waktu berlalu tanpa makna. Mereka memanfaatkan waktu sebaik mungkin agar bisa menghasilkan sesuatu. Mereka tidak menunggu waktu yang tepat, tetapi justru menciptakan waktu yang tepat dengan langsung bertindak. Hidup adalah tentang bagaimana seseorang melihat dan menggunakan waktunya dengan bijak.

Jangan terbunuh oleh kata "nanti dulu," karena penyesalan akan datang di kemudian hari. Kata ini hanya untuk mereka yang bermental malas dan miskin semangat. Jika ingin sukses dan sejahtera, buanglah kebiasaan menunda. Gantilah dengan segera bertindak.

Kebiasaan menunda tidak mengenal status sosial. Orang kaya sekalipun bisa kalah jika terus berkata, "Nanti dulu," sedangkan orang miskin akan semakin tertinggal jika terus menunda. Oleh karena itu, mulailah dengan hal-hal kecil, lawan kebiasaan menunda sedikit demi sedikit, agar tidak menjadi kebiasaan yang berujung pada kegagalan. Kesempatan pertama adalah refleksi dari cita-cita, jangan menunggu kesempatan kedua yang belum tentu datang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun