Mohon tunggu...
Aryawan Wichaksana
Aryawan Wichaksana Mohon Tunggu... Dokter - Pria kelahiran Jakarta 15 April 1954

Dokter Konsultan Kesehatan Kerja, telah pensiun, dan senang akan hal-hal yang berkaitan dengan spiritual terutama Hindu, penikmat musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mendengar dari Sumber Terpercaya

12 Juni 2020   20:21 Diperbarui: 12 Juni 2020   20:20 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Mencoba memahami sesuatu dengan pengalaman langsung adalah proses materi untuk mendapatkan pengetahuan, secara teknis disebut Pratyaká¹£a. Dengan indera tidak sempurna, kita mencoba memahami hal-hal yang berada di luar kekuatan indera, melalui penelitian atau riset, itu tidak mungkin.

Misalkan, ingin tahu siapa ayah biologis kita, bisakah mengetahuinya dengan riset? apa mungkin? Lalu bagaimana bisa tahu siapa sang ayah?, tentu harus dengan mendengar dari otoritas yang tepat, yaitu ibu, inilah akal sehat.

Untuk mengetahui ayah biologis/materi saja, kita tidak bisa dengan melakukan riset, bagaimana pula bisa mengetahui Bapak Tertinggi, Kepribadian Tuhan YME, melalui proses riset?. Tolong baca Bhagavad Gita Menurut aslinya (BGMA, sloka 14.4), maka kita semua tahu, siapakah Bapak Tertinggi itu.

Dalam menurunkan pengetahuan Veda, para guru spiritual selalu mendasarkan pada apa yang telah mereka dengar dari guru mereka, sumber-sumber terpercaya, absah, mempunyai otoritas, tidak pernah berdasar pengalaman pribadi, itu disebut sruti, yang berarti "mendengar dari sumber-sumber resmi, dari bibir para guru yang tercerahkan, guru yang telah menyadari Kebenaran Mutlak".

Itulah rahasia dari memahami pengetahuan Veda, pengetahuan spiritual yang kekal, vidya (untuk mengerti, mengenal Tuhan YME), dan jika mencoba menggunakan beberapa proses lain, kita akan tetap diliputi oleh ketidak-tahuan=kebodohan.

Veda bukan pengetahuan yang dibangun oleh penelitian, atau riset, yang dilakukan oleh jiwa-jiwa yang terkontaminasi dan terikat ilusi.

*Īśopaniṣad mantra 13*, mengatakan bahwa,

1. seseorang harus mencoba belajar tentang pengetahuan spiritual, untuk mengenal Tuhan YME, bukan melalui proses percobaan tetapi dengan mendengar.

2. harus mendengar?, dari seseorang yang fanatik?, atau dari siapakah?, seseorang harus mendengar dari *DHIRA*.

Kata dhra berarti"mabuk", dan vra berarti "pahlawan", seorang yang telah berjuang melawan mabuk, mengatasi khayalan, dan orang yang cukup sadar untuk memahami posisinya, adalah pahlawan, adalah dhīra, tanpa menjadi sadar atau pahlawan, seseorang tidak dapat mencapai keselamatan spiritual.

Dhīra berarti "orang yang indranya tidak gelisah, atau terganggu, karena sudah terkendali dari pengaruh material".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun