Mohon tunggu...
aryavamsa frengky
aryavamsa frengky Mohon Tunggu... Lainnya - Dhammaduta Nasional yang senantiasa belajar sepanjang masa

Aryavamsa Frengky adalah seorang pembelajar, pendidik, juga pelatih mental untuk diri sendiri dan banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Strategi Menyelesaikan Konflik di antara Peserta Didik

22 September 2023   04:25 Diperbarui: 22 September 2023   18:01 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.freepik.com

Penulis sering mendapat kesempatan membantu para kepala sekolah atau guru dalam menyelesaikan konflik yang terjadi antar-peserta didik. Suatu ketika ada kejadian di mana salah satu peserta didik-- katakan namanya Anto-- mendapat nasihat tegas atau teguran dari orangtua/mama seorang peserta didik lainnya-- katakan namanya Dina. Mama Dina menegaskan ke Anto secara langsung agar Anto tidak menganggu Dina lagi. 

Anto pun menceritakan hal ini ke mamanya. Cerita Anto ini tentu ditanggapi secara serius oleh sang mama. Alhasil, mamanya Anto tidak terima anaknya ditegur langsung oleh mama Dina dan melaporkannya kejadian ini ke sekolah. Padahal, mama Dina bersikap tegas kepada Anto di luar sekolah, saat Anto dan Dina sedang bermain di arena permainan bersama teman-teman yang lain.

Mama Anto pun melapor ke wali kelas Anto tentang kejadian ini. "Saya tidak terima anak saya dimarahi oleh mamanya Dina. Kalau mau marahi, biar saya saja. Dan tahu ndak, Bu, anak saya jadi trauma dan tampak labil sehingga di rumah ia terlihat sulit tidur dan suka mengingau. Saya minta sekolah menegur mama Dina dan minta ia meminta maaf ke anak saya agar anak saya bisa kembali normal. Jika sekolah tidak bertindak, saya dan suami saya yang akan menegur langsung mama Dina." Pinta mama Anto kepada sang wali kelas yang juga menjadi wali kelas Dina.

Wali Kelas pun sontak menjadi galau dan bingung harus bagaimana menyelesaikan masalah ini karena urusan ini telah melebar ke orangtua para peserta didik. Sang Wali Kelas bertanya kepada Kepala Sekolah, dan Kepala Sekolah menanyakan ke penulis. Penulis mendapatkan sebuah teknik komunikasi agar masalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Pertama, penulis meminta izin kepada Kepala Sekolah dan Wali Kelas untuk bertemu lagi dengan mama Anto yang bercerita bahwa anaknya jadi trauma. Penulis ingin melihat langsung cara mama Anto bercerita, bagaimana bahasa tubuhnya, juga apa prioritasnya dalam kasus ini. Penting kiranya meredam kemarahan mama Anto yang merasa anaknya adalah korban  perbuatan mama Dina.

Setelah penulis bertemu mama Anto, penulis mendapat beberapa kesimpulan bahwa ada rasa kecewa karena anaknya ditegur secara tegas oleh orangtua lain, kemudian berharap anaknya keluar dari trauma setelah merasa dimarahi oleh mama Dina. Keinginan tertinggi adalah sekolah menegur mama Dina yang melepaskan kata-kata tegas ke anaknya.

Penulis merancang pertemuan dengan mama Dina, dan penulis menggali juga dari mama Dina. Penulis upayakan agar mama Dina pun memahami bahwa membela anak itu baik, namun ada baiknya bersikap tegas kepada anak orang lain dapat melalui sekolah atau langsung ke orangtuanya jika kenal baik. Jika langsung sang anak yang mendapat ketegasan itu, anak itu bisa kaget dan dapat mengalami trauma seperti yang disampaikan oleh mama Anto. Mama Dina bisa terima masukan dari penulis, dan minta maaf, namun meminta penulis menelusuri perbuatan Anto yang sering kali menganggu Dina.

Penulis pun menyampaikan ke mama Anto bahwa sekolah telah menegur mama Dina agar tidak mengulangi lagi perbuatannya. Mama Anto merasa senang karena mendapat apa yang ia inginkan. Berikutnya penulis minta izin kepada Kepala Sekolah untuk bertemu dengan Anto dan Dina agar penulis memahami persepsi di antara mereka agar ke depan tidak terulang  sikap yang tidak pantas.

Penulis pun menjadwalkan bertemu dengan Anto, lalu penulis menggali informasi dari Anto. Penulis mengajak Anto untuk bercerita hubungannya dengan Dina seperti apa. Anto mengatakan baik-baik saja, dan tidak ada hal yang menganggu dia. Lalu ketika penulis menanyakan bagaimana reaksi Anto terhadap teguran dari mama Dina, ia pun menjawab, "Ya saya jadi tahu ternyata perbuatan saya tidak pas kepada Dina." Lalu penulis menggali apakah Anto mengalami trauma seperti yang diceritakan oleh mamanya. Alhasil tidak terjadi apa pun. Anto tidak mengalami trauma yang disebutkan mamanya.

Selanjutnya, penulis bertemu terpisah dengan Dina, dan menanyakan kepada Dina apa saja yang telah dilakukan oleh dirinya dan Anto sehingga mama Dina menegur Anto. Dina menjelaskan sejak awal sekolah, Anto sering kali menganggu Dina karena posisi duduk Dina di depan Anto. Anto sering mengoyangkan kursi Dina sehingga Dina terganggu. Dina sudah sering sampaikan ke Anto, tapi Anto masih terus menganggu Dina.

Di akhir pertemuan terpisah antara Anto dan Dina, penulis menutup dengan pertanyaan, "Izinkan saya mempertemukan kalian berdua agar kasus ini dapat selesai dan kalian bisa berteman lebih baik lagi." "Silakan, Pak," jawab mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun