Mohon tunggu...
aryavamsa frengky
aryavamsa frengky Mohon Tunggu... Lainnya - A Passionate and Dedicated Educator - Dhammaduta Nusantara

Aryavamsa Frengky adalah seorang pembelajar, pendidik, juga pelatih mental untuk diri sendiri dan banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kehidupan Spiritual di Generasi Milenial dari Sudut Pandang Ajaran Buddha

8 April 2023   19:45 Diperbarui: 10 April 2023   19:08 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masihkah ada di antara kita yang melihat ajaran Buddha sebagai ajaran yang pesimis, ajaran hanya untuk para samana, ajaran yang tidak relevan dengan generasi milenial?

Mengingat ajaran Buddha dipaparkan oleh seorang anak raja wilayah yang melepaskan harta bendanya dan kemudian memutuskan untuk menjadi samana (meninggalkan kehidupan duniawi-bertapa) dapat menguatkan pemahaman sederhana kita bahwa ajaran Buddha betul-betul memberikan pencerahan agar pengikutnya untuk dapat melepaskan duniawi dan berbondong-bondong menjadi samana untuk hidup lepas dari segala corak kehidupan duniawi.

Namun pengertian yang sederhana di atas tidak sejalan dengan apa yang telah dibabarkan oleh Buddha Gautama, beliau adalah guru yang memiliki murid bukan hanya para samana namun juga para perumah tangga mulai dari petani miskin hingga raja yang kaya raya. Dinamika perbincangan serta penerimaan Buddha Gautama dengan para siswanya yang memiliki latar belakang berbedalah yang membuat ajaran-Nya menjadi bertahan serta cenderung update dengan situasi kekinian.

Di saat abad milenial yang dikenal dengan awalnya teknologi biner dikenalkan kepada dunia sehingga mengubah struktur kehidupan manusia menjadikannya lebih canggih, mudah, murah, dan mengairahkan maka lahirlah corak kehidupan masyarakat yang mudah untuk mengembangkan nafsu-nafsu keinginanya untuk lebih dan lebih baik khususnya dalam kepuasan materi. Peperangan yang tidak berakhir menjadi ornamen khas di abad ini, juga politik luar negeri yang terus dikembangkan secara masif dengan tujuan untuk menguntungkan dan membesarkan kepentingan nama sebuah negara.

Kelahiran ilmu psikologi yang memberikan beberapa alternatif untuk kesembuhan mental yang dilanda karena kelemahan mental manusia milenial ketika arus keinginan yang tak terbendung bertolak belakang dengan kenyataan yang terjadi memberikan satu tanda-tanda kehidupan milenial yang bergerak menjadi kehidupan yang brutal.

Model kehidupan melinial tidak jauh berbeda dengan kehidupan jaman ketika Buddha Gautama hidup. Kehidupan di saat itu dengan berlimpahnya sumber daya alam, meningkatkan ketidakpuasan sudah menjadi bagian hidup dan cerita yang menghiasi kisah-kisah kehidupan Buddha Gautama. Perbedaan antara jaman itu dengan jaman sekarang hanya terletak kepada perkembangan teknologi serta jumlah kasus kehidupan yang meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah manusia dan berkurangnya sumber daya alam yang menopang kehidupan manusia.

Kehadiran ajaran Buddha di dunia ini sangat bermakna bagi kita semua, khususnya bagi kualitas hidup mental kita yang perlu dibina. Kehidupan milenial yang syarat kebrutalan tidak menjadi persoalan kita untuk kita hadapi dengan ramuan ajaran Buddha. Beliau mewariskan ke kita para pengikut ajarannya sebuah intan yang harus sering digosok agar terus berkilau. Guna menggosok sang intan, kita perlu upaya-upaya yang tepat agar setiap kali kita menggosoknya intan itu menjadi berkilau dan bukan menjadi rusak dan hancur.

Lihatlah kehidupan duniawi kita, sejak awal kita bangun tidur hingga bangun lagi, apa saja yang kita lakukan? Apakah kegiatan kehidupan duniawi kita telah membuat upaya menggosok intan kita dengan tepat atau tidak? Ajaran Buddha tidak anti pati dengan kehidupan duniawi, bahkan dalam Dhammapada di bab awal tidak menyatakan bahwa kehidupan yang berarti itu adalah kehidupan menjadi samana, dengan meninggalkan duniawi, hidup membiara, tinggal di hutan. 

Beliau menuangkan dalam bab awal di Dhammapada adalah mengenai segala jenis pelopor kehidupan, bentuk kehidupan, cara hidup itu adalah pikiran kita. Beliau menjelaskan dengan lengkap bagaimana pikiran itu bekerja, dan bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan kita. Berikutnya dalam kotbah pertama beliau di depan 5 murid beliau yang pertama, beliau menjelaskan kenyataan hidup yang nyata yang ada di kehidupan kita yaitu fenomena hidup yaitu kehidupan yang tidak statis, penuh perubahan dan senantiasa memberikan peluang untuk kecemasan, putus asa, kekhawatiran, kekecewaan. 

Beliau tidak meninabobokan muridnya dengan memalsukan cerita kehidupan dengan hanya menawarkan hal-hal yang gemerlap layaknya surga atau sesuatu yang super indah. Kedua ajaran utama ini sangat berkolerasi, kehidupan adalah fenomena yang tidak kekal, penuh perubahan dan pikiran yang dikelola dengan baik tentu tidak terombang-ambing sehingga menjadi pribadi galau yang sulit membedakan antara benar dan salah, antara penting dan tidak penting, antara perlu tidak perlu, antara manfaat atau tidak manfaat, antara dia atau kamu.

Pribadi galau yang sering kali menjadi cuitan dan menjadi tren saat ini perlu kita amati. Bumbuhilah kehidupan kita yang serba canggih saat ini dengan terus menggali potensi dalam diri kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun