Mohon tunggu...
Arya Paramita
Arya Paramita Mohon Tunggu... Penulis - Dreamer

Traveler

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Terjebak di Nanjing Road

21 November 2017   19:49 Diperbarui: 3 Maret 2018   21:13 1366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
aryachronicle.blogspot.com

Entah angin apa yang membawa saya sampai ke negeri Cina. Tapi satu hal yang pasti, hari itu saya menginjakan kaki di negeri tirai bambu.

(Peristiwa ini terjadi tahun 2008 dan sudah pernah saya muat di travel blog saya aryachronicle.blogspot.co.id)

Pudong International Airport, Shanghai 
Pagi itu pesawat mendarat tepat pukul 07.05 waktu setempat. Perbedaan waktu dengan Indonesia adalah satu jam lebih cepat, artinya di Indonesia saat itu masih pukul 06.05 WIB. Pudong International Airport memang pantas disebut sebagai bandara kelas dunia. Arsitektur yang modern lengkap dengan karpet tebalnya, mengantarkan kita sampai ke gerbang pemeriksaan imigrasi. Tidak terlihat antrian panjang di sana. Sesampainya di depan loket petugas imigrasi terlihat sebuah alat survey kepuasan pelanggan modern, ada pilihan yang sangat mudah dimengerti. Dari kiri ke kanan ada pilihan tingkat kepuasan kita. Warna hijau dengan gambar smiley menandakan bahwa kita puas, gambar merah dengan gambar wajah cemberut menandakan bahwa kita tidak puas. Ada juga tombol pilihan khusus kecepatan pelayanan. Baru saja saya berpikir untuk menekan salah satu tombol, petugas imigrasi dengan ramah mengembalikan passport saya dan mempersilahkan saya melewati gerbang imigrasi. Sungguh cepat, sepertinya tidak sampai dua menit. Luar biasa.

Setibanya di luar bandara, seorang petugas hotel telah menjemput dengan memegang papan nama. Saya pun menyapanya, "Hallo sir, that's my name," ujar saya disambut senyum ramah pria setengah baya itu. Kami pun bergegas menuju mobil dan mulai bergerak menuju hotel yang jaraknya cukup jauh. Saat saya memulai pembicaraan, ia pun menjawab "Sorry," sambil menggelengkan kepala dan menunjuk ke mulutnya. Dari bahasa tubuhnya saya mengerti bahwa ia tidak bisa berbahasa Inggris sama sekali. Saya tidak menyangka bahwa ini awal dari sebuah pelajaran hidup yang sangat berharga.

Lebih dari satu jam lamanya kami melaju dari bandara menuju hotel. Perkiraan kasar jaraknya sekitar 100 km. Tiba di hotel saya memilih untuk beristirahat. Lagipula tidak banyak yang bisa saya lakukan dengan keterbatasan bahasa. Ternyata di belahan dunia ini nilai TOEFL setinggi langit sekalipun tidak ada gunanya. Bahasa "Tarzan" jauh lebih manjur.

Taxi dan kemacetan di kota Shanghai

Waktu setempat menunjukkan pukul 12.00, sudah saatnya untuk mencari makan siang dan melihat kota Shanghai yang jaraknya sekitar 40 km dari hotel. Kesempatan ini sangat berharga, karena saya tidak punya waktu lagi selain siang hari ini. Saya pun menuju ke resepsionis hotel dengan harapan ada seseorang yang mengerti bahasa Inggris. Seorang petugas wanita muda dengan ramah menjawab pertanyaan saya dengan bahasa Inggris yang lumayan bisa dimengerti. Ia menuliskan alamat pusat perbelanjaan terkenal di kota Shanghai, Nanjing Road namanya. Ia menggunakan tulisan Cina yang saya tidak mengerti. Ia pun memanggil bell boy untuk menjelaskan maksud saya ke supir taxi. Dan singkat cerita, taxi kami pun melaju menuju tujuan.

Tak lama kendaraan melaju sopir taxi menanyakan alamat tujuan lagi dengan bahasa Cina. Dengan sedikit bingung saya pun menunjukkan tulisan resepsionis hotel yang kebetulan ditulis di brosur pariwisata Nanjing Road. Taxi pun kembali melesat dan tiba di depan sebuah gedung pertokoan. Fenshine Fashion and Accesories Plaza terpampang di atas papan merah ukuran raksasa. Dengan bahasa Tarzan ia menepuk pergelangan tangannya dan memegang jasnya sambil mengacungkan jempol. Oh, maksudnya disini tempat beli baju dan jam bagus dengan harga murah. Saya membayar taxi dan bergegas masuk ke gedung itu. Tidak banyak waktu yang saya miliki.


Fenshine, Nanjing Road, toko serba murah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun