Mohon tunggu...
Aby
Aby Mohon Tunggu... Mahasiswa - belum menikah

Penikmat seni

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Negeri Sejuta Lelucon

2 Agustus 2021   23:09 Diperbarui: 2 Agustus 2021   23:18 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah cerita penutup hari di penghujung dusunku dalam realita dan batas keresahan menyimak setiap lelucon yang hadir di segala penjuru Negeriku. Bertahun-tahun sudah negeriku seolah menjadi panggung sandiwara mulai dari pemimpin hingga para pemudanya yang tolol, negeri yang dipuja-puja dan disebut sebagai surga, negeri yang katanya punya sejuta warna membias dengan keangkuhan orang-orangnya. 

Dipuji Dimata dunia dalam media tak sesempurna realita yang ada, sikut-menyikut sampai saling menghabisi antar ras dan golongan sampai urusan agama. Zamrud khatulistiwa katanya, terlalu sederhana. 

Banyak sesumbar begitu terpatri dalam nadi para pribumi. 

Marginal dan proletar hanya menjadi sampah hiasan dibatas-batas dan pinggiran kota, mayoritas seenaknya sendiri, seperti anjing berebut tulang mulai dari berebut kursi jabatan sampai berebutan menikmati indahnya hidup dibalik jeruji besi. 

Urusan agama dan SARA begitu nikmat disetiap penjuru negeri. Menjadi sarapan dan menu utama negeriku. 

Lantas bagaimana bisa perjuangan para pendiri bangsa bisa dikhianati? Para pemudanya hanya bisa nyinyir beranda di media sosial, korupsi kolusi dan nepotisme menjamur dimana-mana.  

Sistem pendidikan yang amburadul sungguh tidak lucu jika ikan diajari untuk memanjat pohon. Merdeka belajar katanya namun kenyataannya seperti baru belajar merdeka, lantas bagaimana bisa mencetak generasi penerus yang berkualitas?  

Einstein akan tertawa jika masih hidup di abad ini. Banyak aturannya, banyak undang-undangnya, negara hukum katanya namun pada kenyataannya bisa dibeli dengan uang. 

Lantas mau dibawa kemana nasib bangsa ini dan orang-orangnya di masa depan? Berpikirlah kemudian buatlah sesuatu untukmu dan masa depan Negeri. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun