Mohon tunggu...
Aryanto Husain
Aryanto Husain Mohon Tunggu... Freelancer - photo of mine

Saya seorang penulis lepas yang senang menulis apa saja. Tulisan saya dari sudut pandang sistim dan ekonomi perilaku. Ini memungkinkan saya melihat hal secara komprehensif dan irasional.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Banjir, Geopark Gorontalo dan Pembangunan Berkelanjutan

25 November 2021   10:12 Diperbarui: 25 November 2021   10:15 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Wajah dan pikiran tentang lingkungan

Pernah, beranda medsos saya dalam dipenuhi warna kegembiraan, bertepatan dengan kedatangan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno di Gorontalo. Kedatangannya dalam rangka visitasi Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) di Desa Bongo, Kecamatan Batudaa Pantai, Kabupaten Gorontalo.

Menparekraf Sandiaga juga didaulat menjadi pembicara pada Dialog Dialog Nasional Pembangunan Berkelanjutan  bersama Menteri Parekraf RI diinisiasi oleh Kadin Provinsi Gorontalo dengan tema pengembangan pariwisata dan ekraf menuju Gorontalo Geopark Nasional. Kita bersyukur, inisiatif ini didukung penuh oleh Kemenparekraf.

Namun kegembiraaan ini, tidak sempurna. Bertepatan dengan kedatangan Menteri Sandiaga, pada saat itu Gorontalo sedang sedih akibat bencana banjir. Hujan deras kali ini seperti tidak peduli dengan kedatangan pejabat sekelas menteri. Hujan yang mengguyur deras merendam sejumlah desa di beberapa kabupaten/kota sekaligus.

Sejatinya, air tidak akan tergenang apalagi meluap jika dia menemukan jalannya. Parit dan sungai adalah jalannya menuju dataran rendah, laut. Sebagian mungkin mampir di area kolam atau danau.

Namun, parit dan sungai tetap tidak akan mampu meneruskan air hingga kelaut jika aliran airnya terlalu deras. Maka dibutuhkan berbagai penahan agar air tdak mengalir deras kebawah.

Penahan buatan, bendungan, cek dam, dan lain-lain memang cukup ampuh untuk menahan derasnya air. Tapi jika curah hujan lebih banyak, maka penahan buatan seperti ini tidak cukup, seringkali bahkan jebol.

Pilihan yang baik sebetulnya adalah menjaga penahan alami tetap ada, yakni vegetasi dan pepohonan. Akar-akarnya mampu menahan run off air permukaan, "menelannya" kedasar tanah menjadi air bawah tanah.

So, Jika banjir tetap hadir, adakah yang salah?

Persoalan kronis banjir Gorontalo cukup kompleks dan saling berkaitan. Penyebabnya karena degradasi lingkungan. Mulai dari hilangnya vegetasi di lahan atas akibat deforestasi hingga sedimentasi di muara sungai. Drainase yang buruk ikut mewarnai persoalan banjir di Gorontalo yang selalu hadir hampir setiap tahun.

Tapi ini hanya symptom. Penyebab utamanya adalah ulah kita manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun