Mohon tunggu...
Aryanto Husain
Aryanto Husain Mohon Tunggu... Freelancer - photo of mine

Saya seorang penulis lepas yang senang menulis apa saja. Tulisan saya dari sudut pandang sistim dan ekonomi perilaku. Ini memungkinkan saya melihat hal secara komprehensif dan irasional.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Covid-19 dan Krisis Ilmu Pengetahuan

14 April 2020   15:05 Diperbarui: 14 April 2020   15:33 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saint Simon dan Auguste Comte mengatakan bahwa pengetahuan manusia berkembang secara evolutif. Sebelum tiba pada pengetahuan positif, manusia melewati tahap teologis dan metafisik. 

Positivisme merupakan puncak pengetahuan manusia yang hari ini kita kenal sebagai pengetahuan ilmiah. Berbeda dengan kebenaran metafisik yang sulit dibuktikan dalam kenyataan, aliran positivism bertumpu kepada isi dan fakta-fakta yang bersifat materi (materialism). Krisis pandemi Covid-19 seakan melecut positivisme masih perlu terus berkembang untuk menjawab kompleksitas yang kian berkembang.

Saya teringat wejangan ilmu pengetahuan seorang tokoh ilmu pengetahuan yang juga anggota AIPI (Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia), Ary Muchtar Pedju. 

Dalam diskusi itu, sang tokoh menjelaskan distorsi ilmu pengetahuan yang terjadi saat ini. Ilmu pengetahuan berkembang namun tidak bisa menyelesaikan permasalahan kemanusiaan.

 Ekonom Jeffrey D. Sachs dalam bukunya Common Wealth: Economics for a Crowded Planet mengingatkan kita banyaknya tantangan yang dihadapi. Mulai dari kemiskinan, degradasi lingkungan hingga konflik.  

Pandemi Covid-19 adalah salah satu masalah dunia dengan efek spiral yang luar biasa. The Guradian mewartakan, pandemic kali ini akan mendorong peningkatan kemiskinan global ke masa 10 yang lalu. Beberapa wilayah bahkan kembali ke masa 30 yang lalu. Peran ilmu pengetahuan menjadi keniscayaan untuk menyediakan solusinya.

Ilmu pengetahuan dan teknologi juga bisa menimbulkan keresahan dan ketakutan baru bagi kehidupan manusia. Kalau benar dugaan banyak pihak tentang tentang rekayasa kemunculan virus Sars-Cov-2 maka ilmu pengetahuan tidak hanya sulit menghindarkan kita dari krisis kemanusian tapi juteru menjadi penyebab krisis kemansusiaan. 

Bayangkan jika letupan senjata dan dentaman bom diganti dengan senjata biologis seperti virus berapa besar biaya yang harus kita tanggung. Baik kesehatan, ekonomi maupun kemanusiaan. 

Bayangkan jika pengembangan rekayasa genetik terus berlanjut tanpa protocol pengembangan yang benar. Maka betapa banyak perubahan yang terjadi pada kehidupan manusia yang tidak bisa kita kendalikan.

Menurunnya kondisi biosfer bumi makin menambah kompleksitas persoalan kemanusiaan. Bumi mengalami penipisan lapisan ozon, asidifikasi lautan, pelepasan nitrogen dan fospor, polusi akibat bahan kimia, berkurangnya debit air tawar, polusi udara, perubahan iklim hingga hilangnya keanekaragaman hayati. 

Dalam teorinya tentang "Donat Ekonomi", Kate Raworth mengibaratkan kesembilan isu tadi sebagai lingkaran terluar donat yang menjadi pelindung semua proses dalam bisofer bumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun