Mohon tunggu...
Aryani_Yani
Aryani_Yani Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Lahir di kota hujan yg sejuk, dari ortu yg asli Jawa, tp belum pernah bisa berkomunikasi dlm bahasa Jawa, pernah 10 tahun terdampar di Banjarbaru yg panas, tp balik lg ke kota kelahiran tercinta...I am just the way I am, a little dreamer, agak pemalu tp gak malu-maluin koq :-), melankonlis kuat tp sedikit koleris, pecinta tanaman & lingkungan, mudah terharu, senang fotografi, design & art, handycraft, travelling & ecotourism, pokoknya yg serba alami dech alias naturalist, a lot of friendship...hmm apa lagi yaaa....kalo nulis kyknya belum jd hobi dech, makanya gabung di kompasiana :-D. Jd job creator adalah 'impian' tp belum kesampaian tuh. Email : ryani_like@yahoo.com. Instagram : aryaniyani21

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kawah Ratu Gunung Salak : Keindahan yang Eksotis dan Penuh Mistis

23 Maret 2014   22:11 Diperbarui: 4 April 2017   17:50 26566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_316685" align="aligncenter" width="602" caption="Kawah Ratu (Dok. Yani)"][/caption]

Gunung Salak memang menyimpan banyak keindahan. Banyak pula yang menjulukinya sebagai gunung penuh mistis. Bagaimanapun juga, Gunung Salak merupakan ikon kebanggaan warga Bogor. Gunung dengan vegetasi hutan yang rapat ini memiliki banyak sumber mata air, sehingga tak heran jika ditemukan banyak sekali curug (air terjun) di lerengnya. Ada lagi yang unik dari Gunung Salak. Kawahnya tidak terletak di puncak seperti pada umumnya gunung-gunung lain, tetapi ada di tengah-tengah gunung. Kawah inilah yang dikenal dengan sebutan Kawah Ratu.

Sebagai warga Bogor, rasanya tidak lengkap kalau belum berkunjung ke kawah tersebut. Belum lama ini (15/3/14), niat untuk mengunjungi Kawah Ratu kesampaian juga. Salah seorang kompasianer Bogor Akang Sepuh, yang sudah terbiasa ke sini, menawarkan untuk mendaki ke kawah tersebut. Sayapun mengajak Ria Astuti dan 2 orang teman lain (Indah dan Mathias) untuk ikut bergabung, jadilah kami berlima trekking ke kawah ratu.

Kami memulai perjalanan sepagi mungkin. Sekitar pukul 8 lewat kami sudah tiba di depan pos penjagaan menuju Kawah Ratu di Gunung Bunder (masih termasuk wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak). Ada 2 jalur pendakian resmi yang bisa dilalui yaitu lewat Cidahu (Sukabumi) dan yang akan kami lalui ini yaitu Pasir reungit (Gunung Bunder). Sebelum mendaki, petugas taman nasional memberitahukan bahwa pendakian ke Kawah Ratu harus ditemani pemandu yang sudah berpengalaman. Kamipun  mengiyakan, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti tersesat, terhirup gas beracun dan lain sebagainya. Bagaimanapun jalan-jalan ke gunung tidak boleh dianggap remeh meskipun jalurnya terbilang mudah.

Untuk menuju ke kawah ratu lewat jalur pasir reungit, kami harus trekking sejauh 3,6 km. Jarak sejauh itu bisa ditempuh sekitar 2 jam lebih. Gak terlalu sulit koq, karena jalannya lumayan landai. Lagipula Kawah Ratu hanya berada di ketinggian 800-900 m dpl, tidak terlalu tinggi. Sepertinya cocok buat olahraga santai.

Pagi itu cuaca berawan hingga tidak terasa panas sama sekali. Apalagi di kanan-kiri terdapat banyak tumbuhan yang kadang-kadang memaksa kami untuk sedikit menunduk saat melewatinya. Si pemandu berjalan agak cepat di depan rombongan kami. Dengan parang di tangannya, sesekali dia menebas semak/ranting pohon yang menghalangi jalan kami. Jalur yang kami lewati sepi sekali, terkadang menyempit, mungkin agak jarang dilewati orang. Kami hanya beberapa kali berpapasan dengan pendaki lain dari arah berlawanan.

Sepanjang perjalanan, kami harus melewati jalan setapak, di antara batu dan tanah yang becek. Tidak jarang pula harus melewati sungai atau jalan air. Hmm..jalur ke kawah ratu ini memang jalur basah, pokoknya suegeer banget deh. Suara gemericik air sungai hampir selalu terdengar mengiringi langkah kaki. Karena banyaknya jalan air yang harus dilewati, sangat tidak disarankan untuk ke sini di saat musim hujan, karena dikhawatirkan bisa terseret arus. Seringkali jalan setapak yang kami lalui bercabang, tanpa penunjuk arah sama sekali. Dan mungkin inilah penyebab banyak orang tersasar di sini.

[caption id="attachment_316686" align="aligncenter" width="280" caption="Melewati jalan air (Dok. Yani)"]

13955616461911042016
13955616461911042016
[/caption]

Tibalah kami di jalan air setinggi mata kaki, beberapa tempat bahkan ada yang hampir setengah selutut. Mau tidak mau ujung celana panjangku jadi basah. Airnya begitu jernih dan terasa sekali dingin di kaki, mungkin kalau lama kelamaan bisa membuat kaki menjadi kram. Lumayan jauh juga jaraknya, mungkin hampir 100 m. Tak berapa lama kami tiba di aliran sungai yang airnya jernih sekali. Ini adalah sungai terakhir yang airnya bisa langsung diminum. Melihatnya mata terasa segar dan kepingin berendam lama-lama. Sungai inilah yang mengalir ke bawah dan selanjutnya bercabang menjadi Curug Cigamea dan Curug Ngumpet. Rasanya pingin berlama-lama duduk di batu-batunya sambil merendam kaki. Tetapi niat ini harus urungkan karena masih harus meneruskan perjalanan ke Kawah Ratu yang sudah tidak jauh lagi.

[caption id="attachment_316687" align="aligncenter" width="280" caption="Sungai di dekat kawah mati I (Dok. Yani)"]

1395561727760138201
1395561727760138201
[/caption]

[caption id="attachment_316688" align="aligncenter" width="427" caption="Kawah mati I (Dok. Yani)"]

1395561828917452780
1395561828917452780
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun