Mohon tunggu...
Aryanda Putra
Aryanda Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Still a wordsmith.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesalahan Paradigma Maba

27 Desember 2017   13:58 Diperbarui: 27 Desember 2017   14:09 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Akhirnya sempet nulis.

Oke. Jadi kemarin saya untuk pertama kalinya ikut acara pengangkatan mahasiswa baru (maba). Bukan kemarin sih, udah beberapa minggu. Mungkin untuk beberapa Universitas enggak ada ya acara inagurasi? Yang marah-marah abis pengaderan/ospek panjang gitu.

Singkatnya, saya salah berekspektasi terhadap acaranya. Ternyata LUCU! Wkwkwkw sumpah ketika temen saya akting marah-marah, itu lol! Ketika maba serius banget, itu lol! Nah tapi yang lebih lol lagi, ternyata cara berpikir maba yang gitu banget. Dan pemikiran yang gitu banget ini, gaada yang dilurusin sama senior (termasuk saya). Entah karena waktu itu belum bisa nyiapin omongannya atau ngerasa gaada yang salah atau ngerasa ada yang salah tapi gatau di mana. Kalau saya yang pertama sih; tipe orang yang kudu mikir panjang dulu sebelum ngomong di depan umum.

Nah, pemikiriannya gitu banget gimana? Jadi mereka seolah-olah ingin menunjukkan dirinya kritis tapi caranya dengan mencari kesalahan seniornya. Misal mereka disuruh baris nih, mereka juga minta seniornya baris! Dan minta kalau ngomong pakai etika forum! Kan lol! Yang nggak kuat dan bikin ngakak wajahnya serius banget, nggak ada senyum, dan kebawa emosi.

Kritis nggak gitu juga, adikku. Hahah. Kalau saya ngelihatnya orang-orang kayak gitu, biasanya di masa depan akan jadi orang yang kalau di forum mahasiswa sukanya menyampaikan pendapat yang fungsinya menyerang lawan bicara, adu gengsi, kepengen menang ngomong. Bukan kritis tapi tukang kritik. Definisi kritis itu, ketika kamu mengetahui ada yang salah dalam lingkunganmu, kamu tahu yang seharusnya bagaimana, dan punya alasan yang kuat terhadap itu, orang-orang pun akhirnya setuju ikut denganmu. Nah kalau senior ngga baris salahnya di mana? Alasannya apa nyuruh senior baris kayak maba? Kan emang lagi ngader. Wkwkw.

Saya pernah dengar cerita inspiratif dari Buya Hamka. Tahukan Buya Hamka? Dia penulis dan juga ulama Indonesia awal abad 20. Suatu saat Buya Hamka punya murid. Muridnya baru saja pulang dari Mekkah, cerita kepada Buya. "Buya, dunia ini sudah rusak, bayangkan saja, bahkan di Mekkah pun saya menemukan seorang pelacur!"

Buya dengan santai menjawab, "Oh ya? Saya baru saja pulang dari New York tidak menemukan seorangpun pelacur,"

Muridnya tetap protes, "Ah, mana mungkin, di kota tersuci di bumi ini saja, terdapat seorang pelacur!"

Akhirnya Buya memberikan jawaban yang cukup mencengangkan, "Yang diperlihatkan kepada kamu adalah apa yang kamu cari,"

Ketika saya mendengar cerita ini, saya cukup takjub. Bisa direfleksikan di berbagai hal. Nah apa hubungannya sama maba? Hubungannya gini adikku. Kalau kalian dari awal nyari-nyari terus kesalahan seniormu, nyari-nyari terus jelek-jeleknya ospek/pengaderan, ya itu yang akan kalian dapatkan!

It's okay. Seniormu emang banyak salah, banyak hal yang tidak bisa menjadi teladan, dan memang kita nggak lebih baik, kita cuma terpaut berapa tahun sih? Kita juga masih belajar. Bahkan bisa belajar beberapa hal dari kalian seperti website, edit video, sampai kepemimpinan (untuk diriku yang susah memimpin). Seniormu emang banyak salah, tapi apakah hal itu membuat kalian merasa senior-senior ini nggak pantes buat ngader kalian? (Kok ngader sih, katakatanya nggak enak, mendidik? Malah nggak enak; mengajari kalian beradaptasi, nah ini mending)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun