Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pingin atau Mau?

13 Januari 2023   15:16 Diperbarui: 13 Januari 2023   15:21 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya pernah dianugerahi kesempatan punya anak buah, bukan cuma puluhan tetapi ratusan. Nggak cuma orang lokal indonesia bahkan bule expatriate juga.

Apa saya lebih hebat atau pintar dari mereka? Nggak juga. Ndilalah semesta maunya begitu, saya jadi leader mereka

Sejak dulu masih pegawai imut-imut untuk gak bilang kroco, saya selalu hindari kata 'Pingin' (ingin) untuk suatu jabatan. Kecuali saat masih bocah, memang banyak hal yang diinginkan.

Kalo ditanya atasan, kamu pingin jadi apa lima tahun kedepan? Saya selalu jawab, mau jadi apa aja oke, yang penting manfaat buat perusahaan.

Gak pingin jadi Manajer? ...Mau, tapi gak pingin.

Saat harus memilih seorang manager  baru dalam organisasi yang saya pimpin, saya selalu pasang 'Telik sandi' (intel) utk cari calon potensial. Bahasa kerennya 360 degree peer review.

Bagi calon yang mengumbar ambisi untuk pingin jadi Manager  diantara sejawatnya, sebisa mungkin dia saya taruh prioritas paling belakang. Hanya jika di formasi pegawai gak ada yang mampu, baru saya tunjuk dia. Itupun terpaksa, dan biasanya yang model begini ketika menduduki jabatannya banyak gak disukai bawahannya, gak tau kenapa.

Seorang yang cuma pingin biasanya rela berbuat apa saja untuk mencapai jabatannya. Bahkan saya pernah mengalami bawahan seperti itu bisa menantang rival sejawatnya berkelahi ketika ia diketahui telah berbuat salah dan menuduh rivalnya memanfaatkan hal itu sebagai laporan.

Sesungguhnya pingin itu gak dosa, juga gak salah. Tapi dengan pingin, biasanya orang lebih memandang jabatan sebagai kebanggaan dibanding pengabdian. Itu batas yang saya anut. Terlepas benar atau salah, kembali ke point satu: Boss gak pernah salah

Paling tidak, saya punya cara seleksi berdasarkan otoritas saya, dengan segala nilai dan pengalaman yang saya anut.

Biarpun orang yang pingin adalah orang yang saya suka atau dekat dengan saya, selalu dia saya taruh urutan belakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun