Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari-hari Transisi: Catatan Tepi

10 Agustus 2020   06:49 Diperbarui: 10 Agustus 2020   07:07 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sekolah dasar segera akan menerima murid baru sementara saya tetap sibuk hari kehari bermain bersama Meri. Bapak menyiapkan berkas milik saya selengkap mungkin sebelum melakukan pendaftaran.

"Kenapa harus sekolah petang pak, bu?" tanya saya ketika bapak dan ibu menyebut hampir keseluruhan sekolah yang ditawarkan adalah sekolah siang hari yang dimulai pukul dua belas tiga puluh tengah hari.

"Kamu harus ikut sekolah Diniyah selesai subuh. Mengaji di  Pesantren kecil di masjid Al-Jannatin. Biar kamu tidak bandel dan bisa mengikuti tuntunan agama kamu!" perintah ibu. "Jadi kamu tetap harus bangun pagi untuk ke Pesantren kecil itu, setelahnya pukul sembilan kamu istirahat dan baru ke sekolah jam dua belas siang!"

Masjid al-Janatin terletak beberapa kilometer dari rumah kami. Masjid itu dinamakan Jannatin untuk mengingat nama rekan bapak di kesatuan KKO, seorang pahlawan Dwikora Usman Jannatin yang berhasil menyusup ke negeri Temasek Singapura dan  meledakkan gedung pemerintah Singapura saat konfrontasi.

 Ia bersama koleganya sesama anggota pasukan KKO bernama Harun tertangkap karena perahu penyelamat mereka mogok ditengah jalan saat dilakukan pengejaran oleh tentara Singapura. Hidupnya berakhir di tiang gantungan atas perintah pengadilan Commonwealth Singapura setelah upaya pemerintah Orde lama maupun orde baru untuk menyelamatkan mereka kalah oleh ketegasan pemerintah Singapura dan sekutunya.

Saya menerima keputusan bersekolah petang dengan biasa saja dan memilih menghabiskan waktu bersama Meri sang bebek kesayangan menelusuri selokan demi selokan agar ia bisa memakan cacing dari sana.

Meri adalah bebek kecil yang belum memiliki sayap yang sempurna. Untuk naik dan turun ia harus dibantu agar tak terjerembab kedalam selokan. Cara dia menyantap ketika bertemu cacing sungguh menggemaskan dan saya sepanjang jalan mengajaknya berbicara selayaknya dengan teman bermain.

Hari-hari berlalu tubuh Meri lumayan membesar dan sedikit banyak kedua kakinya   sudah mampu menopang tubuhnya untuk berdiri seimbang. Sayapun tak lagi perlu mengiringinya secara berdekatan dan cukup memperhatikannya dari jauh ketika ia sibuk mencari makanan. Jika waktu menjelang senja saya akan berteriak memanggil namanya dengan keras berkali-kali membentuk  irama yang teratur dan nyaris dihafalnya.

Bebek kecil itu akan berlari mendekat meskipun jaraknya tujuh puluh atau seratus meter dari saya berada, ekornya yang bergoyang kekanan dan kekiri  sangat lucu dilihat dan ia akan mengiringi langkah saya untuk pulang ke rumah dengan sesekali berlari menyilang dari kaki kiri ke kaki kanan seperti mengajak bermain.

Setiba di samping rumah saya akan mengguyur tubuhnya dengan dua ciduk air bersih dan membiarkannya masuk kedalam kandang untuk kemudian beristirahat setelah saya menutup pintu kandangnya dengan sebuah bilah genting rumah dari tanah liat. Telur bebek berwarna hijau masih teronggok dibalik kain perca, sesekali saya hanya mengintipnya berharap ada retakkan pada cangkangnya dan muncul seekor bebek lain selain Meri, tetapi hal itu tak kunjung terjadi.

"Bu..berapa hari sampai telur bebek bisa menetas?" tanya saya disela rutinitas ibu yang tengah mengangkati pakaian dari tali jemuran. Ibu meletakkannya di  bak pakaian  menjelang kumandang azan maghrib dari masjid kampung sebelah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun