Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

[Catatan Tepi] Kisah Opak Malam

23 Juli 2018   15:34 Diperbarui: 23 Juli 2018   16:00 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wajahnya lelah, topi dikepalanya beringsut kekanan menutupi sedikit daun telinganya yang seolah terjepit diantara topi dan pelipisnya. Tangannya melipat ujung plastik besar agar tak kemasukan angin. Malam mulai dingin oleh hembusan angin yang menyeberang dari tepi jalan tol di stasiun Jurang mangu.

"Bagus jualan hari ini bang?" tanya saya.

"Kurang pak, nggak seperti biasanya. Ini masih banyak," lelaki itu menunjuk dua gunung dagangannya. Kerupuk Bangka dan opak singkong yang berwarna krem.

"Trus pulangnya kemana?"

"Ke Duren sawit. Nanti turun di Tanah abang, lanjut Manggarai terus ke Bekasi," sahutnya

"Jauh banget!"

"Ya beginilah, kadang sampai ke Parung panjang pak. Keliling perumahan" Katanya lesu. Petugas kereta mengumumkan lewat pengeras suara lima menit lagi kereta akan tiba. Jam menunjukkan pukul delapan malam lebih delapan belas menit. Seorang petugas keamanan kereta mondar -mandir mengawasi jalur satu.

"Kayaknya opaknya enak, berapa dijual bang?" tanya saya tertarik melihat lembaran opak yang bulat dalam plastik.

"Lima belas ribu dua, dua puluh ribu tiga," sahutnya

"Kalo gitu saya beli tiga!" pinta saya.

"Jangan pak. Nggak boleh,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun