Jaman dulu di dalam  kelas
Sewaktu bapak pembangunan  berperan bak sinterklas
Yang suka bagi kemurahan dari bensin sampai beras
Padahal uangnya dari IMF atau Las Vegas
Pak dan bu guru berjanji di Repelita kelima kita tinggal landas.
 Bocah-bocah kecil mau yang bego sampai yang cerdas
Semua bermimpi Indonesia akan naik kelas
Dari bangsa inlander minimal bisa jadi Opas
Indonesia akan bersih dari orang-orang Culas
karena Indonesia pasti tinggal landas
 Tiba-tiba prahara melibas
Ratusan ribu Mahasiswa menerabas
Turun kejalan  merangsek dan menggilas
Bosan pada kekuasaan bertumpu pada satu otoritas
Maka satu-persatu para setan politik merasa jadi Midas
 Dalam hitungan hari sebuah orde yang sekeras cadas
Runtuh lewat pelatuk trisakti yang terlepas
Lalu penjarahan meluas
Yang tak punya Kulkas jadi punya kulkas
Maka sang negeri berubah menjadi Republik yang tak jelas
 Silih berganti tikus politik menggilir kursi emas
Saling bertukar kata-kata pedas
Kadang merasa ditindas lain hari ia yang menindas
Mengkonversi kuasa jadi pundi tak berbatas
Pendukungnya  bergerak bagai air di daun Talas
 Bangsa Ini lupa dengan kisah Sinyo Van der Plas
Sang penerus Hurgronje yang Culas
Yang dengan kefasihannya membaca Al-Ikhlas
Mengaduk-aduk tanah jawa karena tak mawas
Sekandung saling menikam, semenda saling menebas
 Kini negeri ini tak mengenal musim hujan deras
Kini negeri ini tak mengenal musim panas
Yang ada silih berganti musim kata-kata pedas
Dari para penggembira yang seolah tak punya 'Endas'
Boro-boro mau tinggal landas.
 AN
-Sajak Lapar 16 Ramadhan 1439H-