Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

(Catatan Tepi) Undangan Ramadhan ke Tanah Suci dari Pinggir Jalan

28 Mei 2018   11:35 Diperbarui: 28 Mei 2018   12:01 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ramadhan buat saya selalu istimewa, apalagi Ramadhan yang dijalankan di tanah suci. Saya pernah punya cita-cita itu beberapa tahun lalu diantara waktu membosankan usai pulang kantor saat menjelang maghrib satu minggu menjelang bulan puasa di jalur mobil yang mengular macet di salah satu ruas jalan Fatmawati.

Macet itu kadang bikin pikiran punya keinginan yang muluk-muluk, yaitu mau Umroh dibulan puasa yang munculnya menjelang seminggu sebelum jatuhnya bulan puasa. Bukan  apa-apa, konon kedutaan Arab Saudi tidak bisa  lagi mengeluarkan Visa beberapa hari menjelang bulan puasa karena setelah jatuhnya bulan puasa tidak akan terbit satupun  visa kecuali nanti menjelang hari raya haji dua-tiga bulan kemudian. Ditambah lagi keinginan muluk itu datang saat tabungan juga belum disiapkan. Biaya puluhan juta belum bisa terkumpul dalam sekejab. Tapi namanya cita-cita nggak ada salahnya.

Ketika jalan berbelok menuju arah pasar blok A, jalan agak sedikit lancar. Mobil-mobil yang semula terkena macet menghela kecepatan lebih untuk memuaskan hasrat untuk tiba lebih cepat ke rumah. Suara klakson terdengar didepan karena serombongan lelaki dan perempuan tua  tiba-tiba bergerombol di sisi jalan dengan seragam batik yang serupa. Mereka berjalan perlahan menunggu terkumpulnya keseluruhan rombongan berkumpul dipinggir jalan.

Tepat ketika rombongan  mereka berkumpul semua, jalan tak lagi macet dan keinginan mereka untuk menyeberang terhalangi laju kendaraan yang melaju cepat. Begitu tiba dihadapan mereka, saya memiringkan mobil dan menyalakan lampu hazard untuk memberi mereka jalan keseberang dan sayup terdengar beberapa suara mengucap 'Alhamdulillah'.

Bukan karena saya orang baik, tapi karena menghitung jumlah yang lumayan banyak tentu akan sulit untuk orang tua seperti mereka menyeberang ke pinggir jalan dengan rombongan utuh. Senyum bapak-ibu tua yang mengucapkan terima kasih nampak dikeremangan senja yang mulai menepis cahaya mentari.   Mereka tiba dengan selamat ke seberang meskipun beberapa klakson terdengar tak sabar dideretan belakang kendaraan saya.

Saya memperhatikan ketika melintas dan mendapati dari logo tas bahwa mereka adalah rombongan Umroh yang dikoordinir keberangkatannya dari satu kantor di bilangan Grand wijaya.

Saya menggumam, "Betapa beruntungnya mereka,ya Allah"

Maghribpun tiba, saya menepikan kendaraan ke deretan ruko menjelang tiba diperempatan Jalan Haji Nawi, Saya melihat ada Mushola kecil disalah satu sudut pertokoan yang digunakan untuk shalat maghrib lalu menunaikan shalat maghrib disana.

Usai shalat dan menuju tempat dimana mobil terparkir, satu kertas putih ukuran A4 tertempel dikaca salah satu ruko yang Nampak masih buka namun pintunya tertutup.

"UMROH 9 HARI AWAL RAMADHAN, TERSISA UNTUK DUA ORANG SAJA, RP 9,7 JUTA. SEGERA MENDAFTAR, WAKTU PENDAFTARAN TERBATAS.  HUBUNGI PT.ATM DI NOMOR 08XXXXXXXX"

Saya mengusap sisa air wudhu diwajah dan mencabut mobile phone dari saku celana kiri. Diseberang sana membalas sapaan saya dengan lembut dan menanyakan posisi saya dimana. Lalu kemudian orang itu muncul dihadapan saya bersamaan dengan pintu Ruko yang terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun