Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menulis Itu Semudah (Sesulit?) Minum Teh

14 Maret 2018   09:50 Diperbarui: 14 Maret 2018   10:09 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berulang kali saya ditanya bagaimana cara yang paling mudah menulis artikel, menulis cerita atau menulis novel?

Sebagai  penulis yang karyanya baru beberapa gelintir masuk majalah nasional dan internasional, sebagian artikel  jadi bagian sebuah buku kumpulan artikel dan rutin menulis kolom di beberapa komunitas. Saya merasa jawaban untuk yang mengajukan pertanyaan  itu menjadi tantangan tersendiri. Saya tidak akan pernah bilang bahwa menulis itu gampang.

Sewaktu saya masih bekerja di salah satu perusahaan minyak nasional, beberapa kali saya  menunggu staff  administrasi  yang saya minta untuk mengkonsep sebuah surat dengan 'geregetan'. Surat yang sedianya saya minta siap dalam satu jam nyatanya tak selesai dengan tuntas sewaktu saya menagihnya satu jam kemudian. Bahkkan paragraph pertamapun belum usai, masih berkutat pada ucapan salam basa-basi.

"Bingung pak saya mau nulis apa?" katanya nyengir.

Lalu saya duduk disampingnya dan meminta dia menceritakan apa yang akan disampaikan seandainya ia berhadapan dengan yang akan diberi surat. Ia bertutur dengan beberapa point yang akan disampaikan  lalu saya menuliskan apa yang ia maksudkan. Dalam waktu dua belas menit surat itupun jadi, dicetak dan saya tanda tangani sebalum akhirnya dikirimkan.

Itu artinya menulis untuk sebagian orang adalah pekerjaan yang tidak gampang, menguras energi pikiran dan menjadi tantangan yang menyebalkan. Awal kesulitannya menurut mereka adalah bagaimana memulai alinea pertama setelah mengucapkan salam selamat pagi, selamat sore, selamat malam atau ucapan salam lainnya. Setelah itu umumnya mereka merasa kesulitan dan berhenti. Ataupun jika tidak berhenti, mereka menuliskan beberapa kalimat lalu memundurkan kembali kursor seraya menekan 'Backspace'.  

Menulis menurut saya adalah bercerita. Baik itu tema ilmiah, perjalanan, religi atau apapun. Jadi sebelum menullis, siapapun harus tahu apa yang akan diceritakannya. Dalam menulis saya selalu menganggap selama saya menulis suatu artikel ada orang yang menunggu apa yang saya tulis dan menyimaknya dan yang paling penting saya akan menganggap orang yang menyimak adalah bukan penulis atau ahli bahasa  tetapi Pendengar. Dengan menganggap  penyimak tulisan kita adalah pendengar maka rasa khawatir bahwa ia akan mengkritik cara bicara, padanan kalimat yang kita sampaikan apalagi tanda baca yang kita sodorkan adalah bukan suatu hal yang teramat penting.

Seorang pendengar akan mengambil kesimpulan bahwa ia bersedia  meluangkan waktunya untuk mendengarkan  dengan merujuk pada topik atau tema yang akan dibicarakan. Bila ia tertarik dengan hal yang akan dibicarakan maka ia akan tetap mendengar dalam hal ini membaca. Maka hal utama yang saya lakukan dalam menulis adalah:

  • MEMBACA. Orang yang tak suka membaca tidak akan pernah bisa bercerita apalagi menulis. Kalaupun bisa bercerita dan menulis jumlah penyimaknya tak akan lebih dari jumlah jari.
  • Menetapkan TOPIK atau TEMA apa yang akan saya sampaikan. Jadi bila mau menulis tentang sepakbola maka jangan bayangkan anda sedang bicara dengan kutu buku yang tak tahu Christiano Ronaldo bermain di klub apa. Bicaralah tentang sepakbola dengan pengetahuan membaca dan tidak sembrono menuliskan Indonesia pernah menjadi juara dunia sepakbola. Tentang bagaimana sang kutu buku akhirnya mau mendengarkan cerita anda maka itu adalah soal bagaimana kita mengemas tulisan menjadi bisa dicerna oleh siapa saja.
  • Jangan pernah takut salah dalam menuliskan kata-kata dan menempatkan tanda baca. Percayalah hanya segelintir orang yang akan memperhatikan tanda baca, huruf besar atau huruf kecil. Hal itu akan membaik seiring semakin seringnya kita menulis.
  • Bertuturlah dengan tulisan yang runut seperti bercerita langsung kepada teman kita, dimulai dari awal untuk memberikan pemahaman tentang apa yang ingin kita ceritakan kenapa kita akan bercerita,  lalu kemudian masuk pada hal-hal inti yang membuat pendengar atau pembaca paham tentang jalan cerita sehingga mereka mau meluangkan waktu kemudian sampai cerita itu benar-benar usai.
  •  Bersikap SOPAN sepanjang bercerita. Jangan ada kalimat yang menimbulkan penafsiran berbeda apalagi menyinggung yang mendengar atau membaca.
  • TATAPLAH layar tempat anda menulis seperti kita melihat MATA dari pendengar atau pembaca. Buatlah keintiman yang akrab dan sopan dalam bertutur. Sesekali boleh meninggalkan layar untuk sekedar menyeruput teh atau kopi selayaknya anda juga lakukan itu ketika bercerita dihadapan orang lain.
  • Terakhir, Jujurlah dengan apa yang akan disampaikan. Apabila cerita atau tulisan itu diinspirasi oleh peristiwa orang lain atau memang dialami sendiri sampaikan dengan jelas.  Bila apa yang disampaikan adalah suatu pendapat maka kita harus bersiap  terhadap segala komentar, sahutan, kritikan, sanjungan  atau bahkan makian orang lain setelah mendengarkan pendapat anda. Itulah esensinya menulis, yaitu mendapatkan reaksi dari pembaca.

Maka, Mulailah dengan duduk pagi ini. Ambil segelas teh atau kopi disamping komputer atau laptop. Cari sesuatu yang ingin anda ceritakan dan tak ingin dipendam.  Mulailah dengan kata apapun dan jangan berhenti ditengah cerita karena seburuk apapun cerita kita pasti ada orang yang akan merasa ingin mendengar sesuatu yang berbeda. Cerita kita akan pasti berbeda jika kita yang langsung menceritakannya tanpa mewakili orang lain.

Saya ingin  mencontohkan, artikel ini saya buat pukul 09:09 dan selesai pada pukul 09:32 pagi ini, dua puluh tiga menit saja. Maka anda akan menemukan penggalan kata dan tanda baca yang salah dalam artikel ini. Masalah mau dibaca atau tak dibaca itu urusan berikutnya. Yang penting saya sudah menyalurkan keinginan bercerita dan tak ingin memendamnya.

Sayangnya teh di pinggir Laptop saya kini dingin tak berkurang ketinggiannya. Karena saya terlalu asik menatap mata anda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun