Mohon tunggu...
Aryadi Noersaid
Aryadi Noersaid Mohon Tunggu... Konsultan - entrepreneur and writer

Lelaki yang bercita-cita menginspirasi dunia dengan tulisan sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Catatan Tepi, "Emergency Call"

4 Februari 2018   00:08 Diperbarui: 4 Februari 2018   00:12 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Satu ketika saat masih kecil, anak saya salah satu dari si kembar mengalami sakit. Entah alasan apa ketika itu saya harus mengantarnya sendiri ke dokter di satu jaringan rumah sakit ibu dan anak yang memiliki banyak cabang.

Usai antri lama, tiba giliran saya berhadapan dengan dokter perempuan yang kemudian melakukan pemeriksaan kepada  anak saya.

Stetoskop ditempel didada anak saya dan thermometer ia letakan di ketiak  pasien lewat suruhan kepada perawat. Lalu tiba-tiba telephone genggam dimejanya berbunyi. Nampaknya telephone emergency,  sebagai dokter ia harus angkat. Saya memaklumi.

Sambil mengangkat telephone dan berbicara, tangannya sibuk melanjutkan pemeriksaan tubuh lalu membuka buku  riwayat kesehatan anak saya. Dan ia kemudian mengeluarkan pena untuk menulis sesuatu didalam isi lembarannya.

Pembicaraan ditelpon sempat terhenti ketika ia harus menukar tangan kanan yang menggenggam teleponnya untuk berpindah ketangan kiri karena tangan kanannya akan ia gunakan untuk menulis sesuatu dalam buku.

Lima menit lebih ia bicara ditelpon tanpa mendiskusikan apapun pada saya, apa hasil pemeriksaannya hanya berwujud  selembar resep yang ketika belum selesai ia tulis saya langsung menariknya dari atas meja.

Percakapannya ditelpon ikut berhenti ketika buku resep saya ambil. Ia melepaskan telpon genggamnya yg semula menempel ditelinganya. Wajahnya kelihatan tersinggung dan tidak senang.

"Ada apa pak, kenapa begitu?".

"Terima kasih bantuannya, saya nggak perlu ini!" lalu saya sodorkan kembali buku resep yang saya rebut dari ujung penanya kemudian berdiri merapikan semua pakaian anak saya untuk bergegas pergi.

"Selesaikan dulu semuanya pak, tidak bisa begitu saja bapak pergi!" perintahnya. Lalu ia berpamitan pada lawan bicaranya diseberang telephone genggam. Dan mencoba memastikan apa yang sudah saya lakukan padanya. Kepada perawat ia meminta dipanggilkan seseorang untuk datang keruangan prakteknya.

Saya membiarkan mereka menyusun daftar kesalahan saya karena berniat meninggalkan ruang praktek tanpa menyelesaikan proses pemeriksaan dan tidak berniat membayar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun