Mohon tunggu...
Amadeus Arya Aditama
Amadeus Arya Aditama Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa - Universitas Diponegoro

Informasi adalah segalanya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Selamat Datang Pemberitaan Online

30 November 2018   19:37 Diperbarui: 30 November 2018   19:44 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Bagi kita yang lahir di tahun 2000-an, kita pasti pernah melihat orang tua kita menghabiskan waktu sore hari membaca koran. Koran adalah media massa penghantar kabar-kabar hangat yang tengah terjadi di masyarakat. 

Koran di waktu itu menjadi salah satu tempat untuk mendapatkan informasi terkait hal-hal yang terjadi di belahan Indonesia. Adapun televisi yang menyiarkan berita, namun kadang televisi tak terlalu mengulas secara detail jika dibandingkan dengan isi dari sebuah koran. Koran pun akan lebih ringkas ketika kita hendak berpergian. Namun, kehangatan berita suatu koran akan diragukan ketika kita memiliki Internet yang jauh lebih ringkas dan cepat.

Masa-masa orang menyimak berita lewat koran mulai lekang oleh waktu. Media massa telah berpindah medium ke suatu medium yang luas dan cepat, Internet namanya. 

Tiap kali kita bertanya tentang apa yang sedang terjadi pada orang-orang di sekitar kita dan bagaimana mereka tahu, mereka akan menjawab dengan judul situs bukan lagi tanggal terbit koran dan nama koran. Tiap detik selalu ada berita baru yang menyambut kita, ribuan notifikasi muncul di layar yang seketika menarik mata. Mulai dari situs internet hingga media sosial yang kita gunakan, hal baru di dunia dengan mudahnya kita ketahui. Tiap-tiap dari media sosial di Internet menyuguhkan tempat bagi para penulis yang ingin membagikan pengetahuan mereka di sana. 

Pengetahuan tersebut dapat juga berbentuk pengalaman dan kesaksian. Ketika suatu peristiwa terjadi orang-orang sontak berhenti untuk mengeluarkan handphone, berharap mereka mendapatkan hal yang dapat mereka bagikan ke orang lain. Berlanjut pada proses pengunggahan, ketika mereka puas dengan apa yang mereka dapatkan, mereka unggah kejadian tersebut ke suatu media sosial. Tak berhenti sampai di situ, unggahan yang telah terpublikasi akan mulai dinikmati dan dicerna oleh masyarakat di luar sana.

Manusia diciptakan berbeda tiap-tiap dari mereka. Ketika suatu hal baru muncul ke permukaan, respon seorang dengan yang lain akan berbeda. Ada yang menyukai berita tersebut, ada pula yang mulai mengepalkan tangan karena tak terima. Bayangkan ketika kedua pribadi yang berbeda ini bertemu untuk berbagi pendapat. Akan ada banyak argumen hingga adu mulut yang tak terhindarkan terjadi. Adu mulut dapat tumbuh menjadi adu jotos. 

Bayangkan lagi ketika kedua orang ini sudah terkapar membiru di pipi, sebuah berita muncul lagi dengan isi 180 derajat berbeda dari apa yang kedua orang ini debatkan. Akan sangat sia-sia saja untuk berani mati membela sesuatu yang tak ada benarnya. Maka, untuk menghindarinya, marilah untuk belajar menyikapi suatu pemberitaan online agar terhindar dari bumbu penyedap suatu berita yang akhirnya membuat seseorang mati terkapar.  

Bagaimanapun kita tidak bisa lepas dari IPTEK. Oleh karena itu kita harus belajar menyesuaikan diri agar penggunaan IPTEK di bidang pemberitaan tidak berdampak merugikan. Setiap dari kita harus memiliki kearifan dan berpegang pada prinsip moral. 

Sebagai penulis berita, jangan sampai keserakahan untuk menggaet pembaca membuat kita dengan bodohnya membumbui berita, hingga berita tersebut tak menyimpan bentuk aslinya. Ketika kita menulis sesuatu yang baik maka hasilnya pun akan baik pula. Sebagai pembaca kita juga haruslah bijak dalam menyimak suatu kabar. Ketika logika dan hati sudah merasa tidak beres dengan suatu kabar yang beredar, lakukanlah riset lebih lanjut. 

Kunjungi situs web lainnya dengan berita yang sama, atau bertanya dengan etika pada orang-orang di sekitar kita. Alangkah baiknya kita menjadikan hal tersebut sebagai suatu kebiasaan untuk kedepannya. Marilah menjadi suatu bangsa yang memiliki kebiasaan baik untuk tak langsung percaya pada apa yang menunggu kita di luar. Karena seekor serigala dapat menjadi seekor domba berbulu pula.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun