Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sebuah Mimpi IV

27 Agustus 2022   13:05 Diperbarui: 27 Agustus 2022   13:12 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Konvoi bus kami meneruskan rutenya. Kali ini siputnya sudah mati. Jalannya sudah secepat kendik yang memburu bokong orang. Adrenalin kami mulai berpacu. Beruntng kesehatan mental kami masih wajar. Tidak ada yang sempat berpikir hal-hal suicidal. Setidaknya kecepatan celeng ini menyejukkan kegelisahan kami soal waktu tempuh. Tentu kalau waktu tempuhnya lama, nanti kami tidak bisa puas bermain di lokasi tujuan kami. Kecepatan siput tadi cukup membangkitkan semangat pesimisme jiwa kami. Beruntung, siputnya mati.

Kegembiran kami pun bertahan singkat. Konvoi memutuskan untuk berhenti sejenak. Kami menepi di sisi kiri Jalan Kubang Raya yang sudah bebas kubangan jin. Kenangan pilu beberapa menit lalu, di depan gerbang sekolah, kembali bangkit di ingatan kami. Rasa takutnya nyata. Begitulah, segera terealisasikan. Hawa dunia. Hawa mesin. Hawa pikiran. Semua menyatu padu. Panas bukan sekedar membara. Terlebih jarum jam bergerak tanpa ampun. Entah berapa lama kami harus menunggu di sini. 

Kami hanya celingukan. Memandang kiri-kanan. Saling tatap batang hidung. Selagi bus kami ini merem, roda-roda kelas rendah mendahului dengan hidung besarnya. Bukan cuma satu-dua-tiga-empat, entah berapa banyak yang telah menertawakan kegerahan kami sedari tadi.

Kami berhenti di dekat sebuah warung oleh-oleh. Penampakan warungnya saja sudah kentara. Terlebih, spanduk besar dengan tulisan besar dipampang di atas pintu utama. "Oleh-Oleh Khas Riau," tulisannya. Ada banyak macam yang ditawarkan oleh empu warung. Paling kentara ketan durian. Ada pula lemang dan durian. Serba durian. Jelaslah serba durian ini paling kami soroti. Paling kami Ingat. Paling mudah kami hayati bacaannya. Durian memang esensi buah manis terbaik di lidah kami. Tapi, melihat para supir bus mengarah ke sana, kami penasaran bukan main. Apa yang dicari?

Ditulis di Pekanbaru pada 26 Juli 2022

Pembaca dapat melihat artikel sebelumnya di sini

Baca juga: Sebuah Mimpi III

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun