Mohon tunggu...
Arya BayuAnggara
Arya BayuAnggara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk mengingat luasnya dunia

Menyukai caffeine dan langit biru

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

"Middle School Fantasia", Dua Dunia

27 Oktober 2019   08:00 Diperbarui: 27 Oktober 2019   08:06 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tidak ada suara yang keluar. Pemilik tokoh itu lari puntang-langkang. Suasana di sekitar kedai itu menjadi mencekam. Orang-orang yang ribut di luar menjadi terdiam. Tempat ini telah menjadi pemakaman.

"Lihatlah!!! Orang-orang tidak berguna memang tidak perlu ada. Salah satu adik kita itu contohnya!!"
"Diamlah. Aku tidak ingin mengingat apa-apa tentang dirinya lagi."

Si tidak karuan terdiam.
***
Rumah sederhana yang terletak di pertengahan kota itu  tidak pernah tenang semenjak lima tahun terakhir. Hamba-hamba yang bekerja di sana menjadi tidak betah. Sayang sekali, mereka tidak memiliki kesempatan untuk pergi. Padahal, mental mereka telah terkuras habis. 

Suara makian dan umpatan santer terdengar; keras pula. Terkadang terdengar suara dentuman benda-benda. Bahkan, terkadang ditemukan pekerja yang tewas di pagi harinya.

Rumah ini tidak begitu mewah. Meski, harus diakui, nilai dari rumah ini menjadi sangat mahal berdasarkan sejarah dan "siapa" yang menghuninya. Pekarangannya juga tidak begitu luas. Setidaknya, terdapat beberapa pohon yang dapat ditanam. 

Rumah ini juga bertingkat; sesuatu yang lumrah di pertengahan kota. Kayu yang menyusun rumah ini didapatkan dari Bukit Mati. Hanya itu yang dapat dibanggakan dari rumah ini.

Furnitur dan barang-barang di dalamnya tidak begitu istimewa. Mereka hanya sesuatu yang dapat ditemukan di pasar dengan mudah. Hanya saja, benda-benda tersebut sering dibeli dan dihancurkan begitu saja. Terkadang bahan-bahan yang terbuat dari kayu, dengan mudahnya, dijadikan bahan bakar penghangat rumah tersebut.
***
"Mengapa kita perlu mempertahankan orang itu? Dia tidak berguna!!!"

Maki-makian tersebut telah menghiasi ruangan keluarga ini selama satu jam. Tahan juga yang punya mulut mengulangi perkataan yang sama. Tiga orang yang berada di sana memang merasa sumringah. Ingin sekali mereka minggat dari topik permasalahan. Hanya saja, hal tersebut dipandang bodoh.

"Jelas, dia adalah anak kita. Jangan memutuskan sesuatu yang bodoh!! Kau lah yang bodoh, sayang. Pikiranmu lemah, seperti tubuh kusutmu itu."
Suami-istri ini bertengkar dengan hebat. Ketiadaan unsur fisik tidak mengurangi frontalitas masing-masing pihak. 

Malah, unsur verbal yang diandalkan sudah cukup sebagai senjata penghunus. Rasa sayang masih bergelora di dalam hati mereka. Ironis, rasa benci juga berkecamuk dengan hebatnya.

Seorang anak kecil juga mendengarkan pertengkaran romantistik ini. Aneh sekali, seharusnya bocah tersebut menutup telinganya dengan kencang. Apa dia membiasakan diri di tengah kekacauan ini? Matanya memang gusar, tapi jiwanya tidak. Gadis ini dipaksakan dewasa dengan cara yang kejam.
"Papa, Mama, membosankan sekali. Tidur lebih baik."
***
"Jangan melemaskan badanmu! Perkuat lagi! Jangan berhenti hingga aku mengatakan seperti itu!!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun