Mohon tunggu...
Arif Wibowo
Arif Wibowo Mohon Tunggu... Copywriter -

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Takjil Favorit Menurut Santri dan Anak Kos

17 Mei 2018   23:41 Diperbarui: 17 Mei 2018   23:54 887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu hal yang paling menarik bagi seorang santri maupun anak kos di bulan Ramadan adalah menacari takjil. Bagaimana tidak, selain sebagai bentuk bertahan hidup, mencari takjil juga menjadi momen untuk ngabuburit.

Masih teringat betul ketika penulis masih nyantri di Pesantren Kudus. Ketika Ramadan seperti ini, selain banyak pengajian majlis ta'lim pengajian posonan, ada juga masjid-masjid yang menyediakan takjil. Mulai dari nasi bungkus, es susu, kurma dan lain sebagainya.

Sudah bisa diduga, dimana ada takjil di situ ada santri yang selalu siap siaga. Setiap santri bisa dikatakan hafal betul takjil apa yang disediakan di masjid-masjid. Dan tentunya ada yang paling difavoritkan.

Seingatku ada beberapa masjid  yang kerap kali dikunjungi oleh para santri, di antaranya adalah di Masjid Menara Kudus, Masjid Agung Kudus, dan Masji Langgar Dalem.

Di Masjid Menara, biasanya sebelum ada pembagian takjil, diadakan pengajian kitab kuning khas ala pesantren. Tapi persisnya bukan di Masjid, tapi di tajug, suatu tempat persinggahan sebelum ke Makam Sunan Kudus.

Nah, di tempat inilah, diadakan pengajian kitab yang dibacakan oleh seorang Kiai dan dihadiri oleh warga sekitar dan beberapa santri. entahlah, niatnya mengaji untuk mencai takjil atau memang benar-benar mengaji, yang penting datang. Ibarat kata sambil menyelam minum air. Ilmu terisi, perut pun terselamatkan hehe.

Biasanya setelah pengajian berakhir, para jama'ah akan mendapatkan nasi bungkus lengkap dengan segelas teh hangat. Kadang ada beberapa buah kurma dan jajanan lainnya. Mungkin jika dilihat takjil ini tidaklah seberapa, namun bagi para santri, takjil ini sudah cukup untuk mengganjal perut tipisnya.

Selain Masjid Menara, ada juga takjil di Masjid Agung Kudus. Tapi seingatku, tak banyak yang datang kemari, pasalnya posisinya yang terlampau jauh dari pesantren. Tapi, jika sudah urusan perut biasanya ada beberapa santri yang nekat datang untuk kesana. Ya, bagaimana lagi, demi bertahan hidup kan hehe.

Nah, yang terakhir adalah Masjid langgar dalem, berdasarkan pengamatan saya, masjid ini menjadi yang paling favorit bagi para santri. betapa tidak, di masjid yang konon tempat persinggahan pertama Kanjeng Sunan Kudus ini menyediakan takjil ala pesantren.

Jadi takjilnya berupa makanan yang di sediakan di nampan, isinya pun nasi dengan aneka ragam lauk yang jarang sekali masuk ke lidah santri. tak hanya itu, disediakan pula air minum yang jarang ditemui oleh para santri, es esktra joss susu.

Tak ayal, sehabis mengaji di pesantren, para santri berbondong-bondong ke masjid tersebut. Mereka tak peduli nyinyiran para santri lain, pasalanya nyinyir adalah tanda tak mampu. Tak mampu mengekspresikan kesantriannya dengan bebas. Hehe

Lain di pesantren, lain pula di perkuliahan. Zaman perkuliahan sudah mulai ada gengsi untuk mencari takjil gratisan, tapi jika sudah urusan perut, dompet kosong, mau gimana lagi cobak. Toh, bangkai saja kalo dalam keadaan darurat diperbolehkan, ini takjil gratis yang jelas halalnya sesekali boleh lah ya.

Di sekitar kampus tak banyak Masjid yang menyediakan takjil. Kalaupun ada ya, Cuma beberpa potong gorengan dan teh hangat saja. Bagi anak kos yang sahur pun jarang tentu berbuka dengan takjil tersebut tak akan terasa, tak mampu mengganjal perutnya.

Tapi penuilis menemukan suatu masjid yang meyediakan takjil dengan cara unik. Jadi para donatur itu menyediakan takjil di meja yang sudah disediakan. Ada nasi bungkus, gorengan, roti, kolak dll. Tak ayal, para pemburu takjil banyak yang datang kesini.

nah, di sinilah menariknya, saat saling bertemu antar teman sekampus. Ibaratnya, seperti sedang menemukan keburukan masing-masing.  

"Loh kamu kok di sini, cari takjil gratis ya....hehe"

" Kamu sendiri ngapain, sama aja kan..heheh"

Keduanya pun akhirnya saling menceritakan nasibnya, sama-sama tidak ada uang untuk berbuka. Ya, begitul nasib anak perantauan kawan.

Namun, persahabatan antar keduaya harus terlupakan ketika bedug ditabuh. Pasalnya, takjil yang tersedia tidak dibagikan, tapi harus diperjuangkan. Ya, para hadirin harus rela merebut kemerdekaan perutnya masing-masing.

Semenjak di rumah tentu rindu juga dengan pencarian takjil seperti itu. Dan lebih bersyukur, ternyata dulu "sengenes" itu

Salam takjil

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun