Mohon tunggu...
Arif Wibowo
Arif Wibowo Mohon Tunggu... Copywriter -

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Pesan Kiai Sya'roni dalam Menyambut Ramadan

15 Mei 2018   05:42 Diperbarui: 15 Mei 2018   14:20 1067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terkait persiapan mengarungi bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan ampunan, kurang afdhal rasanya bila tidak merujuk kepada ulama yang alim dan juga bijak dalam penyampain.

Pada malam Kamis kemarin (9/5) Kiai Sya'roni Ahmadi, salah seorang ulama yang disegani di Kota Kudus menutup pengajian tafsirnya. Pasalnya, di bulan Ramadhan, pengajian tersebut akan diliburkan, dan baru akan dilanjtkan kembali di bulan Syawwal.

Dalam penutupan pengajian rutin tersebut Kiai yang juga mustasyar PBNU ini menyinggung terkait berbagai macam sikap ketika Bulan Ramadhan tiba. Ada yang gembira, biasa saja, bahkan ada yang  sedih.

Orang yang bergembira merupakan orang yang tau dan sadar bahwa, bulan ini merupakan bulan penuh ampunan dan keberkahan. Lantaran jika diibaratkan ladang, merupakan ladang yang sangat subur. Sungguh rugi orang yang tak mau menanaminya. Satu kebaikan saja, paling sedikit dilipatkan 70 kali pahalanya.

Ada orang yang biasa saja dalam menyikapi bulan suci Ramadhan, pasalnya kurang tahu dan kurang paham terkait keutaman bulan tersebut. Tetapi ada juga yang bersedih, lantaran tidak bisa makan di siang hari.

Sebagai seorang muslim yang taat, sudah seharusnya bersikap yang pertama, yaitu merasa gembira karena hadirnya bulan yang mulia. Bukan sikap yang kedua apalagi yang ketiga.

Nah, sebagai bentuk rasa gembira menyambut bulan suci ini sudah barang tentu harus mempersiapkan segala sesuatunya, supaya mendapatkan berkah yang maksimal.

Pertama yang harus kita persiapkan adalah memperlajari ilmu fiqh terkait bulan Ramadhan. Kita harus paham betul aturan main puasa di bulan Ramadhan, apa saja yang diperbolehkan dan apa saja yang dilarang. Tentunya enggak banget bukan bila menjalani ibadah puasa tapi tidak paham apa saja yang membatalkan dan apa saja yg menjadi kewajiban. 

Hal ini mungkin terkesan sepele padahal penting banget loh, pasalnya diakui atau tidak kita terlampau sering kebingungan menjawab pertanyaan sepele seputar puasa ramadhan. Semisal, batal tidaknya menelan ludah sendiri dan diinvus. Padahal, hal ini sudah sering dibahas di dalam ilmu fiqih. Namun, karena malas mempelajarinya akhirnya menjawab ngawur dan tanpa dasar. 

Walhasil, membaca kitab maupun buku yang berkaitan dengan bulan puasa menjadi hal wajib untuk dilakukan. Carilah yg diakui kredibilitasnya, jangan asal dari google. 

Selain mempelajari tata cara berpuasa, tidak ada salahnya mempelajari keutamaan-keutamaan di bulan Ramadhan. Semisal terkait apa saja yang disunnahkan di bulan Ramadhan dan seberapa besar pahala amal di bulan Ramadhan jika dibandingkan dengan bulan lainnya? Kenapa bulan ini begitu mulia? Dan seterusnya.

Sebagai sarana memotivasi diri untuk melakukan amal yang maksimal di bulan Ramadhan saya kira tidak ada salahnya untuk mempelajarinya. Soal ikhlas atau tidaknya itu urusan lain bukan?

Tak kalah pentingnya dalam megarungi bulan Ramadhan adalah mempersiapkan tubuh agar selalu fit. Dalam artian menjaga kesehatan tubuh. Apalagi bagi yang sudah berusia senja, menjaga kesehatan demi mengarungi bulan ramadhan bisa jadi akan mendapatkan pahala tersendiri kelak. Sungguh beruntung bukan? Badan sehat, diberi pahala pula. Nikmat mana yang kau dustakan coba?

Di sisi lain, ada juga yang mempersiapkan materi secara full selama mengarungi bulan Ramadhan. Dalam artian orang tersebut tidak bekerja,  hanya fokus beribadah (Bukan Berarti menganggap bekerja di bulan Ramadhan itu bukan ibadah loh ya).

Golongan ini akan menabung hasil kerjaannya selama setahun untuk digunakan sebagai bekal di bulan Ramadhan, fokus ibadah. Loh kok tidak mboheman, bukannya ketika bulan Ramadhan justru roda perekonomian sedang naik.

Justru di sinilah menariknya bulan Ramadhan ini. Semua orang rela berkorban demi mendapatkan kemuliaannya.  Orang-orang tesebut keyakinannya sudah penuh, mereka sudah begitu yakin bahwa rizki sudah ada yang mengatur, mereka tidak takut miskin hanya gara-gara menutup dagangannya selama sebulan penuh.

Menariknya, golongan ini diberi kecukupan. Sementara orang yang bekerja penuh di bulan Ramadhan bahkan terkadang melalaikan kewajibannya (Moka') nampak masih merasa gusar atas rizki yang diberikan kepadanya.

Saya jadi teringat nasihat dari guru kami, hanya orang lemah imanlah orang yang merasa khawatir terhadap rizkinya. 

Oh ya, selain itu, Kiai Sya'roni juga berpesan terkait Hari Raya Idul Fitri yg kemungkinan jatuh di hari Jum'at. Dimana sebagaian orang memahami bahwa, jika Hari Raya Idul Fitri itu jatuh di hari Jum'at maka jumatannya libur. Padahal pemahaman ini merupakan pemahamahan yang salah. Dan perlu diluruskan. 

Kiai Sya'roni menjelaskan, hadis yg menjelaskan terkait pembolehan tidak jumatan terhadap orang desa (Badui)harus dipahami secara kontekstual. Dimana kala itu ibadah shalat jumat dan Idul Fitri  hanya berpusat pada satu masjid saja, berbeda dengan kondisi sekarang, masjid yg digunakan untuk melaksanakan shalat Jumat bertebaran di mana-mana. 

Ramadhan merupakan bulan istimewa yg diberikan kepada umat Nabi Muhammad. Sungguh rugi orang yg tak mampu mengambil hikmah darinya. 

Tak cukup dengan rasa bahagia saja dalam menyambutnya. Harus dipersiapkan dengan matang, lahir maupun batin. 

Tabik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun