Mohon tunggu...
Arwan Patiri
Arwan Patiri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi/21107030001

Seorang mahasiswa yang masih belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjuangan RA Kartini, Emansipasi Perempuan dan Teladannya

21 April 2022   17:24 Diperbarui: 21 April 2022   17:31 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: bola.com

Hari Kartini jatuh pada hari Kamis, 21 April 2022 untuk memperingati hari Kartini yang merupakan seorang atau tokoh perempuan yang memperjuangkan pembebasan perempuan.

Raden Adjeng Kartini lahir Jepara pada tanggal 2 April 1879 yang merupakan keturunan priyayi Jawa. Ayahnya Bernama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat yang merupakan seorang Bupati di Jepara dan ibunya bernama M.A. Ngasirah. Beliau anak kelima dari 11bersaudara dan Kartini anak perempuan tertua.

Kartini pernah belajar di Europeesche Lagere School yang merupakan sekolah untuk orang Jawa kaya juga orang Belanda. Pada tahun 1903, Kartini menikah dengan Adipati Ario Singgih Djojo Adiningrat kemudian menjalani hidup seperti orang-orang pada umumnya.

Perempuan di dunia maupun dalam peradaban manusia seringkali dianggap sebagai budaknya laki-laki dan juga statusnya dianggap tidak sejajar dengan laki-laki.

Di masyarakat pedesaan pada masa Kartini  masih beranggapan bahwa perempuan itu tidak lain dan tidak bukan hanya untuk di dapur, di kasur, dan di sumur. Dapur artinya menjadi tukang masak, kasur artinya sebagai pelayan suami dan anak, dan sumur artinya tukang cuci. Hal ini merupakan masalah yang terjadi di masyarakat pada saat itu yang mengistimewakan kaum Adam ketimbang kaum Hawa.

Kartini merupakan salah satu tokoh perempuan yang menyetarakan perempuan dengan laki-laki yang biasanya disebut emansipasi perempuan yang artinya penyetaraan perempuan dengan laki-laki untuk menuntut persamaan hak.

Kartini memperjuangkan hak perempuan untuk membebaskan katerbelakangannya terutama dalam hal Pendidikan. Dia mulai mendirikan sekolah untuk para perempuan yang bermaksud untuk memperbaiki kedudukan perempuan.

Sistem patriarki yang berlaku saat itu adalah perempuan tidak boleh mengenyam pendidikan tinggi, toh nanti jadi ibu rumah tangga. Oleh karena itu, perempuan tidak diizinkan untuk berpendidikan tinggi termasuk Kartini, walaupun Kartini seorang anak Bupati.

Walaupun Kartini hanya mengenyam pendidikan sampai sekolah dasar tetapi semangatnya dalam belajar sangat tinggi, seperti rajin membaca, menulis, dan juga memajukan perempuan Indonesia dari keterbelakangan.

sumber gambar: pixabay.com
sumber gambar: pixabay.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun