Mohon tunggu...
Andreas Doweng Bolo
Andreas Doweng Bolo Mohon Tunggu... Dosen - fides et ratio

Biodata: Nama: Andreas Doweng Bolo Pekerjaan: Dosen

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Homo Viator et Mysterium

28 Agustus 2021   19:55 Diperbarui: 28 Agustus 2021   20:09 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

#Child Free

Homo viator et mysterium

     Andreas Doweng Bolo

                                                                                                      Misteri hidup indah tak bertepi (dok.pri)

Pada ulang tahun ke-21 Stephen Hawking muda mendapat kabar menggentarkan tubuhnya digerogoti penyakit langka, sklerosis lateral amiotrofik  yang membuat hidupnya menurut hitungan ilmu kedokteran hanya bertahan dua tahun lagi. Namun, ramalan ini meleset, Hawking tumbuh dengan pemikiran-pemikiran cermelang di dunia fisika dengan berbagai teori yang membawa pencerahan bagi dunia ilmu pengetahuan pada khususnya dan dunia pada umumnya. Dalam vonis ini dia menikah memiliki anak dan menikmati hidup hingga usia yang tua.

 Manusia tak istimewa

Secara fisik manusia tak istemewa, sekurang-kurangnya ditataran biologis. Manusia seperti semua makhluk lain bertahan hidup dengan makan, bereproduksi, membangun relasi dan sebagainya. Yuval Harari dalam bukunya Homo Sapiens mengatakan, "Manusia-manusia kuno ini bercinta, bermain, membentuk pertemanan akrab, dan bersaing untuk status dan kesepakatan-tetapi begitu juga simpase, babon, dan gajah". Neuro-sains mengatakan bahwa berbedaan genetik antara manusia dengan simpase dan bonobo itu hanya 1,2%. Tapi dengan perbedaan yang sedikit ini manusia bisa melangkah dan merefleksikan dirinya. Manusia bisa menciptakan sesuatu yang canggih yaitu simbol. Bahasa merupakan simbol paling canggih yang dimiliki manusia. Dengan bahasa dia beragama, membangun relasi dengan sesama, mencari dan memecahkan pertanyaan-pertanyaan ilmiah. Namun, manusia juga mengakui tak segala hal bisa dijawab oleh manusia.

Dalam tradisi filsafat dikatakan bahwa ada hal yang bisa dipecahkan manusia, dan itu yang disebut problem. Problem berasal dari bahasa Yunani proballein berarti melempar di depan. Problem menunjukkan dimensi obyektivitas, dimana kata ini berasal dari bahasa Latin objicere yang mempunyai arti lebih kurang sama yaitu melempar di depan.

Dalam hidup, dengan kemajuan ilmu pengetahuan berbagai problem manusia kemudian dipecahkan. Baik itu problem-problem kemanusiaan sosial, politik, kesehatan juga berbagai teka-teki jagat raya yang menarik lainnya.

Namun, hidup tak hanya ditataran problem, hidup juga berada ditataran misteri. Gabriel Marcel Filsuf Prancis merefleksikan misteri manusia secara mendasar. Pengalaman perang dan kematian membuatnya mengatakan bahwa manusia tak berhenti pada data dan fakta. Ketika dia membantu ibu-ibuyang menangis mencari putranya atau suaminya dalam medan tempur, betapa mendalam pengalaman itu.  Baginya pengalaman-pengalaman itu menunjukkan bahwa hidup bukan sekadar data. Hal yang sama manakala kita membaca "Surat-surat terakhir dari Stalingrad" (Last Letters from Stalingrad) kisah para prajurit Jerman yang mengharukan. Itulah manusia, tak semua hal bisa diurai.

dok-pri-jpg-612a312e01019074c726d382.jpg
dok-pri-jpg-612a312e01019074c726d382.jpg
                                                                                      Ungkapan lokal: Hidup itu sederhana bermakna (dokpri)

Hidup itu misteri

Ada berbagai alasan orang tak mempunyai anak. Demikian juga ada banyak alasan orang yang memilih tak mempunyai anak. Pernyataan kedua, ini yang coba direfleksikan singkat dalam tulisan ini. Kata "memilih" dalam pernyataan kedua seakan menyimpan satu martabat manusia yaitu manusia memiliki kehendak bebas. Ia bebas memilih mempunyai anak atau tak memilikinya. Para filsuf dari Bergson hingga Gabriel Marcel merefleksikan hal ini. Hidup itu antar memiliki (having) dan mengada (being). Dan manusia sejati akhirnya menuju pada mengada dan tak sekadar hidup ditataran memiliki semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun