Mohon tunggu...
Andi Imam Arundhana
Andi Imam Arundhana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Almuni Ilmu Gizi UNHAS

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Makanan Bayi

1 Agustus 2012   05:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:22 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

ASI memang makanan terbaik bagi bayi, tidak ada yang mampu menggantikan posisi ASI. Namun seiring perkembangan zaman, dimana banyak ibu yang tidak lagi ingin memberikan ASI nya kepada anak-anaknya dengan berbagai alasan; bekerja, ASI sulit keluar, anak tidak mau menyusui dari payudara dan berbagai alasan lainnya. Sebagian besar dari mereka ingin mencari mudahnya dan berprinsip yang penting anak minum susu mau dari ASI atau dari susu formula.

Memang sekarang ini susu formula sudah jauh berkembang, dan semakin memiliki nilai gizi yang mendekati ASI, dengan berbagai macam penambahan zat-zat gizi yang bermanfaat bagi anak menjadikan susu formula sebagai pilihan utama bagi ibu yang tidak memberikan ASI kepada anaknya. Perlu diketahui bahwa susu formula biasanya dari susu sapi, karena susu sapi mudah untuk dimodifikasi dan kandungan gizinya yang paling mendekati ASI. Bahkan penambahan DHA, AA, oligosakarida sederhana (FOS dan GOS), dan zat-zat lainnya yang semakin menaikkan nilai susu formula.

Sekedar informasi bahwa susu formula harus dimodifikasi karena kandungan protein dan garam mineralnya tinggi sedangkan gula susunya (laktosa) rendah, dan kita ketahui bahwa laktosa merupakan salah satu jenis karbohidrat yang penting bagi perkembangan otak. Ketika anak memiliki alergi atau sangat sensitif terhadap susu formula, sebaiknya diberikan susu sintetik, biasanya yang terbuat dari susu kedelai. Sebagai tambahan, lemak pada susu formula rendah bioavaibilitasnya (daya serap), tidak seperti ASI susu formula hanya dapat diserap sekitar 5-10% saja padahal lemak sangat baik untuk tubuh dan otak bayi. Oleh karena itu ASI memang sangat tepat diberikan untuk anak terutama pada 6 bulan pertama kehidupan anak.

Susu formula biasanya tersedia dalam bentuk bubuk, cair, dan yang siap minum. Untuk susu bubuk dan cair harus ditambahkan air panas untuk dikonsumsi. Takaran air yang dicampurkan haruslah tepat. Apabila air yang dicampurkan terlalu sedikit maka akan membuat susu sangat kental, kandungan protein dan mineralnya akan tinggi dan dapat membebani ginjal bayi. Sebaliknya jika terlalu banyak air yang digunakan untuk melarutkan susu, nilai gizi dan kalorinya tidak akan bermanfaat bagi pertumbuhan bayi. Anak dibawah 6 bulan seharusnya tidak diberikan susu sapi, karena proteinnya sulit dan lama untuk dicerna oleh sistem pencernaan bayi dibandingkan ASI. Apabila anak sebelum 6 bulan diberikan susu sapi, bisa menyebabkan gangguan pencernaan, ginjal akan terbebani oleh kandungan protein dan mineral yang ada pada susu sapi. Selain itu bisa menyebabkan gangguan sistem saraf pusat.

Nah jika memang bayi dengan TERPAKSA harus diberikan susu formula tanpa ASI, maka sebaiknya ibu harus memperhatikan beberapa hal terkait cara memberikan susu formula bagi bayi. Ukur suhu susu dengan cara meneteskannya ke punggung tangan, hal ini untuk menghindari mulut anak luka karena susu terlalu panas. Jika bayi ingin ditidurkan, tidak seharusnya sambil minum susu dari botol. Saliva (air liur) bayi jika dalam keadaan anak mengantuk hingga tertidur, akan membersihkan gigi dan mulut. Jika anak diberikan susu ketika hendak ditidurkan maka hal tersebut justru akan merusak perkembangan gigi dan mulut anak, dapat menyebabkan gigi tumbuh jelek dan rusak. Selain itu bisa menyebabkan dagu menonjol keluar dan hasilnya anak kemungkinan akan mengalami sindrom nursing bottle atau baby bottle mouth.

Pemberian susu formula harus sesuai takaran dan kebutuhan bayi dan jangan sampai berlebihan, karena bisa menyebabkan obesitas pada anak. Pencegahan obesitas di usia dini perlu dilakukan dengan mencegah pemberian susu formula yang berlebihan kepada anak sehingga pada saat dewasa nanti akan menghindari terkena penyakit tidak menular.

Sumber

Roth, AR. Nutrition and Diet Therapy; 10th. Indiana; 2010.

Nirwana. Obesitas anak dan pencegahannya. Nuha Medika. Yogyakarta; 2012.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun