Mohon tunggu...
Arum Butler
Arum Butler Mohon Tunggu... Administrasi - Just me.....

The Wallflower and The Wildflower Alumni Danone Blogger Academy Batch 1 Tahun 2017 www.arumsukapto.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Muda Bikin Bangga: Ketekunan yang Terbentuk Sejak Dini

27 Oktober 2016   11:40 Diperbarui: 27 Oktober 2016   11:54 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok inspiratif muda (Dokpri)

Pemuda Hebat itu adalah mereka yang berjuang keras agar bisa sukses sejak muda.  Masa muda itu harus menjadi masa dimana diri kita berjuang untuk sukses & menghabiskan jatah kegagalan, hingga nanti ketika usia tua hidup kita sudah dipenuhi oleh berbagai pengalaman yang menyukseskan dan mendewasakan” Edvan M. Kautsar

Generasi pemuda merupakan generasi penerus bangsa yang harus bisa mempertahankan kedaulatan bangsa Indonesia dan menjadi pilar utama kelangsungan hidup bangsa.  Dalam sejarah pun, pemuda selalu menunjukan peranannya yang diawali dengan adanya ikrar Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan berbagai sejarah Negara Indonesia tentunya selalu ada peranan pemuda Indonesia. Menyambut Sumpah Pemuda saya ingin menceritakan sosok inspiratif, seseorang yang masih usia belia namun memiliki rasa tekun yang patut diacungkan jempol, dia adalah Lailin Faiza bisa dipanggil “Izza” .


MEMILIH SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Tahun ini Izza genap berumur 13 tahun, tepat tanggal 22 Oktober dilahirkan di Jakarta,  Izza merupakan alumni Sekolah Dasar Islam Terpadu yang berlokasi dekat dengan rumah dengan jarak tempuh ± 1 kilometer.  Setelah lulus SDIT tahun 2015, Ibunya mencarikan sekolah negeri yang nilai UN-nya kira-kira masih bisa menerima nilai UN Izza.  Awalnya ada 3 pilihan SMP 19, SMP 11 atau SMP terdekat dari rumah sekitar Tangerang Selatan yaitu SMPN 12 Tangerang Selatan.  Hampir setiap hari Ibunya memantau perkembangan syarat nilai terrendah di website sekolah tersebut dan masih bingung mempertimbangkan sekolah mana yang bisa menerima keponakan cantik saya ini, selama seminggu sebelum penutupan memang benar-benar intens berkomunikasi dengan suaminya dan Izza. 

5 hari sebelum penutupan pendaftaran masuk sekolah menengah, tiba-tiba kakak saya mendapatkan informasi tentang sekolah menengah favorit di Jakarta yaitu SMPN 115 Tebet Jakarta Selatan. Orang tuanya memang belum pernah mendengar salah satu sekolah favorit ini (harap maklum, mereka berasal dari daerah di Jawa/ luar Jakarta yang tidak terlalu tahu banyak tentang sekolah favorit di Jakarta) dan setelah mendapatkan informasi tersebut langsung mendiskusikan hal ini dengan Izza.

Orang tuanya mempertimbangan tentang lokasi, waktu tempuh berangkat dan berbagai hal lainnya yang kemudian dibicarakan langsung ke Izza, Izza diberikan pilihan semua sekolah diatas.  Ternyata Izza lebih tertarik dengan SMPN 115 Tebet karena dia sendiri pernah mendengar cerita dari temannya bahwa ada salah satu sekolah menengah yang termasuk favorit dan percontohan di Jakarta yaitu SMPN 115.  Orang tuanya sudah menjelaskan kalau memilih SMPN 115 Tebet yang lokasinya sangat jauh dari rumah sekitaran BSD (Bintaro Sono Dikit) yang hanya dapat ditempuh dengan dua pilihan transportasi yaitu mobil dan commuter line/kereta api.  Selain itu juga dijelaskan bahwa kalau mau sekolah di SMPN 115 harus rajin, tekun dan tidak boleh malas karena setiap hari harus berangkat jam 5 pagi dari rumah. Izza tetap dengan keinginannya masuk di SMPN 115 dan akhirnya keinginannya terkabul.

PERJUANGAN SEKOLAH JARAK JAUH

Perjuangan Izza menjalani hari-hari belajarnya dengan jarak tempuh sekolah-rumah memang belum seberapa bila dibandingkan dengan perjuangan anak-anak di daerah pedalaman.  Namun, kegigihan Izza menempuh perjalanan setiap harinya nantinya selama 3 tahun tentunya tidak mudah.

Izza ini setiap hari bangun sekitar jam 03.30WIB dan selalu kelaparan mencari camilan sambil menunggu ibunya yang sedang memasak untuk sarapan.  Selanjutnya mulai makan sarapan pagi bila masakan ibunya sudah matang dilanjutkan dengan mandi pagi, jam 04.30 biasanya sudah selesai mandi dan bila persiapan sudah selesai menunggu ibunya yang sedang mandi,  dia menghabiskan waktu sambil baca buku atau mendengarkan lagu di handphone.  Bila jam sudah menunjukkan jam 5 pagi, Izza mulai gelisah sambil menanyakan persiapan Ibunya.

Setiap pagi berangkat menuju stasiun Pondok Ranji mengejar jadwal commuter line pertama menuju stasiun Tanah Abang yang akan dilanjutkan naik commuter line menuju stasiun Tebet.  Minggu pertama masuk sekolah saat kegiatannya masih belum sibuk dan hanya sebatas masa pengenalan sekolah, Izza beberapa kali datang telat dan ini banyak dijadikan pertimbangan oleh orang tuanya.

Orang tuanya memang ada mobil namun kendalanya adalah Izza tidak suka dengan aroma mobil ber-AC yang membuatnya mual dan inilah yang membuat Izza selalu menolak bila disuruh berangkat bersama ayahnya menggunakan mobil. Bila sedang hujan atau kakak saya sedang sakit, baru Izza mau berangkat sekolah menggunakan mobil tapi muka mulai ditekuk cemberut sambil menggunakan masker.

Setelah beberapa waktu, Izza sudah bisa mengatur waktu perjalanan berangkat sekolah dan memprediksi jadwal kereta.  Kadang saya tidak tega melihat dia berangkat sekolah pagi subuh buta sedangkan kondisi cuaca sedang tidak mendukung alias hujan deras.  Tentunya kita ingin tarik selimut lagi bila melihat cuaca hujan deras di pagi hari dan malas berangkat kerja namun tidak ada kata malas  bagi Izza,  ia tetap semangat berangkat sekolah walaupun dalam keadaan hujan mengguyur dengan derasnya dan selalu mengatakan kalau jaketnya tahan air, jadi tidak apa-apa bila kehujanan. 

TETAP AKTIF EKSTRAKURIKULER

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun