Mohon tunggu...
Resa Amelia Utami
Resa Amelia Utami Mohon Tunggu... Mahasiswa - Anak SastRantau | Tidak menyukai ikan dan kucing padahal satu diantaranya menyukai yang lain | IG : @ru.amelia

Ajak aku membaca, menterjemahkan kehidupan ke dalam satu bahasa; setatap yang membinar dua pusaka. Sebelum kau hapus, silahkan jejaki Storial : @aru99

Selanjutnya

Tutup

Money

J&T Express: Jalan Terus... Ekspresikan Jati Diri 4.0

24 Desember 2019   20:51 Diperbarui: 24 Desember 2019   21:05 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenangan bersama J&T


Berbicara tentang J&T berarti memutar kenangan tiga tahun silam, saat saya bersama seorang sahabat mencoba berbisnis di sela rutinitas anak kelas dua Madrasah Aliyah. Menyadari betul belum memiliki persiapan apapun, kami mengawali karir dengan menjadi reseller sudah. Produk yang kami jual adalah jilbab, meskipun benar-benar sebuah bisnis kelas teri, setidaknya kami memahami kebutuhan pasar, jilbab sudah pasti menjadi komoditas yang banyak dicari siswi-siswi Madrasah Aliyah.


Proses distribusi peoduk dari distributor kepada reseller tentu membutuhkan jasa ekspedisi, di antara banyak perusahaan ekspedisi yang ada, entah kenapa untuk pengalaman pertama transaksi daring tersebut kami dipertemukan dengan J&T. Untuk pengiriman reguler yang biasa kami gunakan, barang selalu sampai tepat waktu, apalagi Pak kurir yang  berkomunikasi dengan ramah, dan mengantar barang sampai ke depan pintu.


Alhamdulillah bisnis kecil-kecilan itu setidaknya telah menambah wawasan kami tentang dunia bisnis dan sedikit mempertebal dompet anak sekolah. Hingga suatu hari, seorang teman memesan jilbab dan ingin lekas sampai karena akan dipakai pada saat wisuda, kami pun awalnya panik, tetapi untung saja J&T menyediakan layanan express, walhasil barang sampai sesuai dengan waktu yang diinginkan.


Setelah lulus dan merantau ke luar negeri, bisnis kecil itu terpaksa kami tutup. Saya kira hubungan saya dengan J&T akan berakhir. Ternyata tidak, berada di luar negeri membuat saya memiliki jaringan dengan seluruh pelajar rantau dari penjuru indonesia. Dan keadaan diaspora zaman now tidak lagi sama dengan zaman dulu, dimana "Sesiapa yang paling kuat menahan rindu ialah pemenangnya." Sekarang sudah tidak bisa begitu, selain temu sudah dapat diakses dengan musah gawai via video call, rasa-rasa apapun yang ada di Indonesia sudah bisa dengan mudah diboyong ke tanah rantau kapanpun kita mau.


Taraaa..! Berjumpa lagi dengan plastik bertuliskan J&T saat mendapat kiriman barang dari Jastip (jasa titip) bagasi pesawat Jakarta-Kairo. Maklum, jastip ke Kairo biasanya berpusat di Jakarta. Para mahasiswa yang ingin menuntaskan rindu dengan masakan ibu misalnya, sudah pasti harus melalui jasa ekspedisi dari daerahnya masing-masing ke Jakarta sebelum terbang ke Kairo.
Terimakasih J&T!


Industri 4.0 : Harap, Cemas, dan Pengandaian

Making Indonesia 4.0 adalah semangat yang digelorakan Presiden Jokowi untuk mengajak bangsa Indonesia bersiap menghadapi setiap tantangannya. Era 4.0 merupakan era digital dan otomasi industri, sebagai bentuk yang lebih sempurna dari tiga era sebelumnya, yaitu mesin uap, elektrisasi, dan komputasi. Era ini ditandai dengan atmosfer internet yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita (Internet Of Things), big data, dan segala sesuatu yang dengan mudah diakses dan diarsipkan secara daring (clouds).

 Arus 4.0 ini tidak dapat dibendung, sehingga semangat Pak Presiden harus beriringan dengan partisipasi masyarakat serta konsep birokrasi yang akan mengantarkan indonesia berhasil menjalani tantangan 4.0 dan menuju Indonesia Maju.

Industri 4.0 ternyata bukan hanya mendapat respon optimis, tapi juga ada respon pesimis. Jika saja digitalisasi itu dilakukan secara merata, maka akan ada perngkat artifisial intelijen yang menggantikan posisi Sumber Daya Manusia. Hal ini mengakibatkan lapangan pekerjaaan menurun drastis. Sehingga semakin banyak pengangguran di Indonesia. Padahal Indonesia digadang-gadang mendapat bonus demografi pada tahun-tahun mendatang, dimana jumlah anak muda usia produktif akan mendominasi populasi dari total penduduk 240 juta orang ini.

Apakah mereka nanti yang akan menjadi pengangguran?
Justru ini adalah peluang yang begitu besar untuk perkembangan logistik dan industri kreatif. Semakin banyak anak muda yang meramaikan industri secara daring, semakin besar pula kemitraan yang dibangun antara pemilik indusrtri kreatif itu dengan perusahaan penyedia layanan logistik untuk mendistribusikan produknya ke seluruh penjuru Indonesia bahkan dunia. Sebab Indonesia -perlu diaku- masih jauh dengan jepang yang sudah memasuki era society 5.0, dimana digitalisasi yang digalakan sudah mencakup semua ranah, hingga logistik sekalipun. Dan untuk mencapai itu, indonesia masih perlu proses. Sehingga ekspedisi produk, perawatan manufaktur dan segala kegiatan logistik lainnya masih sangat membutuhkan tenaga manusia. Secanggih-canggihnya, barang yang kita pesan secara daring belum memungkinkan dapat diantar dalam waktu kurang dari satu menit menggunakan pintu kemana saja milik Doraemon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun