Mohon tunggu...
Muhammad Azry Zulfiqar
Muhammad Azry Zulfiqar Mohon Tunggu... Ilustrator - Independent Writer

Coffee, Fee, Fee muhammadazry34@gmail.com Blog: https://horotero.wordpress.com/ Bekerja dan mencuri waktu berselingkuh dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Lumrahkah "Ngomongin" Atasan bersama Rekan Kerja?

25 Januari 2021   11:31 Diperbarui: 25 Januari 2021   22:39 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pexels.com/photo/three-woman-having-a-meeting-1181626/

Dalam kebanyakan film yang menceritakan latar tempat kantor, biasanya menampilkan tokoh Bos yang galak dan agak 'tidak disukai' oleh karyawannya. Seorang atasan yang dicitrakan kurang ramah, pelit senyum, tukang koreksi dan kadang memiliki anak mas atau anak kesayangan. 

Sering kali dalam beberapa adegan para karyawan berkumpul maupun sembunyi-sembunyi membicarakan mengenai 'kelakuan' atasannya atau bosnya tersebut.

Dalam film memang dibalut dengan komedi, namun apa jadinya ketika dalam dunia nyata? kadang memang ada lucunya dan kadang memang dipenuhi persoalan serius. Di dunia nyata atau di tempat kerja manapun pasti ada saja lingkungan dan perilaku seperti ini. Tak jarang juga ditemui memang karena dalam suatu lingkungan terdapat pula sifat dan karakter yang berbeda-beda. 

Bagaimana perasaan karyawan atau pegawai yang memang mendapatkan perlakuan secara tidak sengaja maupun sengaja yang secara langsung membuat Mereka merasa tidak nyaman dalam bekerja ataupun mengganggu.

Dari mulai ego yang tidak dikontrol, tidak demokratis, tidak ingin salah, temperamen, terlalu show off, punya anak emas dan lain-lain itu memang faktanya ada dan banyak terjadi di dunia kerja. 

Jadi yang Kita tonton di dalam acara televisi itu memang menggambarkan begitu adanya. Tapi memang jika ditilik dari normalnya memang seorang atasan pun pasti berbeda dengan karyawan. Mengapa berbeda? karena berbeda kedudukan atau posisi itu mempengaruhi etos kerja, standar dan cara bersikap. Karena memang faktor kedudukan akan menyesuaikan dan secara tidak langsung mengubah pola pikir yang berbeda.

Kadang memang wajar juga dalam hidup ini siapapun Anda pasti ada saja yang membicarakan tentang Anda. Faktanya, Anda pasti bisa menjadi bahan pembicaraan dari hal baik maupun hal buruk. Begitupun dengan atasan yang seakan menjadi role mode dalam memimpin suatu organisasi kerja. 

Jika ada suatu kepribadian dan hal yang salah ataupun hanya 1 persen karyawan yang tidak menyukai Anda, tentulah akan tetap menyebar menjadi topik. Teruntuk setiap atasan, ya memang wajar saja. Jika dikritik ataupun dibicarakan memang itu resiko namun disini yang menjadi polemik adalah, apakah yang dibicarakan itu tentang etos kerjanya alias cara Dia memimpin dan mengambil keputusan ataukah kepribadiannya? ini lah yang membuat hal tersebut seakan campur aduk.

Cara bersikap ataupun cara bekerja itu memang berkaitan dengan kepribadian. Jika ada suatu pekerjaan yang biasa dilakukan dengan cara A namun atasan lebih memilih B tanpa demokratis dan cenderung absolut itu secara pasti menunjukkan kepribadiannya. Maka dari itu melalui contoh kasus tersebut bisa dilihat  keterkaitan antara kepribadian dengan cara kerjanya atau cara Dia memimpin karyawannya. Maka dari itu memang wajar saja jika sekumpulan karyawan mengkritik gaya kepemimpinan atasan dan lama-lama merembet kepada kepribadiannya.

Lalu apakah lumrah dan wajar mengingat hampir dimana-mana terjadi? masalah lumrah atau tidaknya tergantung setiap orang. Karena kadang dalam pembicaraan itu pasti ada kritik dan kritik itu ada dua, yaitu destruktif dan konstruktif. Secara normal memang destruktif cenderung menghancurkan karakter seseorang dan menyerang pribadi dengan sangat dalam yang akibatnya akan mempengaruhi orang lain. Sedangkan jika kritik konstruktif, maka memang bagus tetapi tidak akan ada hasilnya jika tidak disampaikan. Karena memang budaya ini hanya menggerutu di belakang dan sembunyi-sembunyi bukan?

Mengobrol memang asyik bersama rekan-rekan kerja. Dan sesuatu yang terbawa alias beban kerja atau sejenisnya pasti meluncur secara tidak sengaja maupun sengaja dari mulut yang mengalaminya. Hingga merembetlah dari satu yang mengalaminya kepada hampir semua orang yang seakan membuat pengakuan-pengakuan tentang topik ini. Ketika semuanya sudah saling bertukar cerita, semua pasti mengingat beberapa cerita yang menjadi kesimpulan khas sehingga akan menjadi memori untuk selalu 'asyik' dibicarakan.

Berbagai kejengkelan, pengalaman dan hal yang disembunyikan dikeluarkan dengan bersama-sama. Ada tipe rekan yang memang seakan memulai memanas-manasi, ada pula yang menjadi penggembira alias pemberi tawa dan ada pula yang hobi bicara serius. Apa yang terjadi jika Mereka satu meja? jelas sekali, atasan akan menjadi topik santapan Mereka pada jam-jam break.

Budaya ini bisa dihilangkan jika atasan memang terbuka dan setelah jam kerja mengajak rekan-rekan karyawannya untuk mencairkan suasana. Tapi hal ini akan mentah jika berhadapan dengan atasan yang cenderung kaku. Jadi, budaya ini akan terus berlanjut karena 'unek-unek' akan tersimpan dan berlanjut setiap harinya. Memang agak sulit jika Kita harus memasang wajah ramah namun dibelakang bersama rekan-rekan lainnya Kita sangat berbeda 180 derajat.

Dimanapun, kapanpun dan bersama siapapun memang aksi reaksi akan terjadi. Terlebih suatu lingkungan itu terdiri dari berbagai orang yang Kita pun tidak akan bisa menyatu dengan semuanya. Pastilah akan ada reaksi yang terjadi dan menyikapinya pun sudah harus bijak. Menanamkan sikap evaluasi diri itu penting jika ingin menghilangkan budaya seperti ini. 

Ini tergantung persepsi masing-masing tetapi ada kalanya berbicara dibelakang itu kurang fair. Untuk yang setuju dengan pendapat paragraf tentang aksi-reaksi pastinya sebagai karyawan namun perlu diingat bahwa jangan jadikan obrolan-obrolan liar ini sebagai kebiasaan. Sampaikanlah sehingga atasan akan mengevaluasi dirinya dan kebiasaan ini tidak akan berlanjut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun