Mohon tunggu...
Muhammad Azry Zulfiqar
Muhammad Azry Zulfiqar Mohon Tunggu... Ilustrator - Independent Writer

Coffee, Fee, Fee muhammadazry34@gmail.com Blog: https://horotero.wordpress.com/ Bekerja dan mencuri waktu berselingkuh dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Benci dengan (Musim) Hujan

3 Desember 2020   10:03 Diperbarui: 3 Desember 2020   10:11 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membuka mata dari tidur dan melihat suasana pagi yang dihiasi dengan hujan rasanya sangat dingin dan malas untuk melakukan rutinitas setiap hari. Terlebih lagi harus melalui jalan berkilo-kilo meter untuk mencapai tempat kerja. Menyalakan kendaraan lalu melanjutkan perjalanan dengan commuter line dibawah guyuran hujan membuat suhu badan menjadi dingin dan menciptakan kerutan di tangan. Hari ini, hujan mengajarkan Kita untuk tidak tertekan rasa bermalas-malasan walau hujan menggoda setiap manusia.

Memang benar, musim hujan itu bukan halangan dalam semua aktivitas. Di sepanjang jalan, mata ini memandangi setiap orang dari berbagai profesi yang berduyun-duyun tetap melakukan aktivitas demi kelangsungan hidup. Alangkah senangnya mendapat pelajaran di setiap musim hujan ini. 

Bulan ini, bulan Desember yang berbeda karena masih musim pandemi juga. Alangkah baiknya juga di dua musim hujan dan pandemi ini membuat semua lebih berhati-hati dalam menjaga kesehatan dan memelihara imun. Hujan juga sedikit "membantu" para penegak hukum dan disiplin gerakan untuk tidak banyak berkerumun maupun keluar rumah. Cukup dengan membuat makanan enak dan minum secangkir teh menikmati hujan juga bisa sebagai pengganti hasrat untuk keluar rumah dalam akhir pekan. 

Kita juga harus berterima kasih kepada Yang Maha Kuasa karena telah mengirimkan air-air dari langit yang membantu semua tempat dibelahan bumi ini untuk mengakhiri musim kemarau. Diperjalanan ini,pikiran ini membayangkan sesuatu yaitu bisakah semua orang membayangkan siklus air yang terganggu? 

di Afrika semua orang tidak mengantre untuk  membeli Iphone terbaru atau barang-barang yang bersifat prestisius tetapi Mereka mengantre untuk air bersih! di Indonesia pun, sepanjang mata memandang di pemukiman samping rel kereta Mereka menadahkan ember-ember demi air untuk kebutuhan mencuci, memasak bahkan minum.

Lihatlah hujan dari airnya, bukan dari kesulitan ketempat tujuan, kemalasan ketika hujan ataupun sebab-sebab lainnya. Ada musim panas ada musim hujan. Semua sudah diatur olehNya. 

Semua manusia cuma harus menempatkan diri dan meresponnya dengan rasa syukur. Dalam perjalanan ini juga mata ini memandangi sebuah pemandangan yang membuat Kita senang. Apa itu? kumpulan penjual-penjual jas hujan yang menjajakan dirinya di pinggir jalanan. Memandangi Mereka mendapatkan poin-poin rupiah dengan barang jualan yang ditentengnya membuat semua orang paham betul bahwa hujan memang datang bersama berkah.

Dalam perjalanan ini pula hujan secara tidak langsung mengajarkan semua insan untuk menjadi pribadi yang mengenal rasa sabar. Ketika hujan berhenti dan kembali hujan, berbagai pemandangan lepas-pakai jas hujan pun sangat menghiasi jalanan. Mudah-mudahan semua manusia mengenal rasa sabar. 

Dalam menurunkan kecepatan kendaraan dimusim hujan pun merupakan contoh dari satu bentuk kesabaran. Walaupun tingkat kecelakaan dimusim hujan masih tinggi namun percayalah bahwa hujan tidak bermaksud mencelakai melainkan kelalaian manusia. Petir pun menyambar dan menyala seakan "menakuti" semua orang. Namun apa yang terjadi ketika petir mengeluarkan bunyinya? semua orang berdoa, berdzikir dan menyebut nama Yang Maha Kuasa. Sangatlah lebih baik mendekatkan diri pada yang Maha Kuasa dibanding berbicara yang buruk.

Terima Kasih hujan telah memberikan Kami banyak pelajaran dan manfaat. Walau terkadang air mu membasahi pakaian Kami, walau kadang Kau membuat janji batal, membuat Kami telat berangkat beraktivitas namun Kami mencoba melihat hikmah dibalik tetesan air. 

Selamat datang musim hujan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun