Mohon tunggu...
Muhammad Azry Zulfiqar
Muhammad Azry Zulfiqar Mohon Tunggu... Ilustrator - Independent Writer

Coffee, Fee, Fee muhammadazry34@gmail.com Blog: https://horotero.wordpress.com/ Bekerja dan mencuri waktu berselingkuh dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bahaya dan Cara Mengatasi Budaya "Gak Enakan dan Terlalu Baik"

21 September 2020   10:53 Diperbarui: 21 September 2020   11:05 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menyetujui hal yang sebenarnya Kita tolak memanglah berat. Lalu, menagih hutang kepada seseorang yang kelihatannya dipercaya atau memiliki kedekatan justru dihantui ketakutan dan ancaman persahabatan. Begitupun jika berbuat terlalu baik, ujung-ujungnya dimanfaatkan dan sebagian besar diserang oleh kesewenang-wenangan. Ini semacam lingkaran setan, bukan tidak bisa dihentikan tetapi sangat bisa jika Kita mempunyai prinsip. 

Setiap manusia harus berdiri sendiri dan mempunyai prinsip. Tidak mudah disetir, dimanfaatkan untuk kepentingan yang egois dan juga berani dalam memutuskan sesuatu. Berbuat baik itu boleh dan sangat disarankan. Seperti menawarkan sesuatu yang bermanfaat, meminjamkan uang kepada yang kesusahan, berbuat baik kepada sesama dan mengorbankan sesuatu. Tapi, bukan disini poinnya.

Jika Kita sudah merasa berbuat baik dan tepat, maka selanjutnya utamanya adalah lingkungan sekitar dan objek yang Kita bantu. Apakah malah seperti anak serigala yang setelah dewasa malah menerkam majikan yang memberinya makan? Bersikap, berani dan cerdas supaya tidak menjadi majikan serigala tersebut. Manusia harus peka terhadap apa yang Ia rasa akan tidak baik untuknya.

Faktor hubungan, lingkungan dan sesama manusia memiliki pola-pola yang sebenarnya bisa ditebak. Hanya saja, apakah Kita berani untuk mengeksekusinya? inilah masalahnya, kadang suara hati terhalang oleh pertemanan, kedekatan dan dihantui resiko-resiko yang sebenarnya belum tentu bakal bersifat destruktif. 

Jika tidak ada perubahan, bukan berarti orang-orang yang memanfaatkan atau sewenang-wenang tidak akan sadar dan berfikir bahwa segalanya "baik-baik saja". Disinilah akan terjadi pengulangan-pengulangan yang dimana "pelaku" lama kelamaan bersifat seenaknya atau tidak punya empati  dan cenderung egois. Tiada komunikasi serta memberinya pelajaran itu yang akan mengakibatkan tekanan batin bagi si "korban" yang sudah baik hati.

Berbuat baik pun harus diselaraskan dengan prinsip dan menentukan sikap. Tidak ada salahnya, bukan melarang untuk berbuat baik tapi dimohon untuk cerdas. Karena Kita juga tidak ingin terus menerus membuat "pelaku" menjadi seseorang yang memiliki sifat buruk. Sembari berbuat baik, ajarkan dan buka komunikasi soal "Don't & Do" kepada "pelaku.

Dengan cara baik juga akan mengetuk hatinya. Jadi, tidak hanya melarangnya untuk berlaku seperti itu namun ada pelajaran-pelajaran penting yang Kita berikan yaitu, menerima pendapat orang untuk menolak dan berkata "tidak" karena setiap orang tidak boleh asal bersifat feodal yang hanya mengangguk-angguk saja dan yang kedua, menolong dirinya untuk menjadi pribadi yang baik dan tidak sewenang-wenang.

Lupakan dahulu soal bayangan-bayangan ketakutan. Ingat, semua orang bisa sadar dan ada kalanya Speak Up memang dibutuhkan karena segala pesan dan kejujuran harus disampaikan. Jangan bohongi diri sendiri karena setiap kebohongan pasti terasa tidak mengenakkan dimanapun, kapanpun dan oleh siapapun terutama kepada diri sendiri.  Kebaikan yang disalahgunakan bisa menjadi kejahatan sebab pelaku lama-lama rela berbohong dan menipu demi mendapat kebaikan Anda. Dan akhirnya, Anda yang dirugikan.

Tidak perlu sampai membuang energi dengan berlaku kasar dan memarahinya, cukup dengan kejujuran yang dibalut kesantunan. Lalu bagaimana jika Mereka berbalik menyerang setelah Kita mengungkapkannya? tetap berlaku seperti biasa dan normal. Karena wajar saja awalnya pasti seperti itu dan penyesuaian itu sangatlah lama karena Kita baru saja mengungkapkan prinsip Kita yang baru.

Seperti halnya Mereka baru menyadari bahwa yang Mereka lakukan itu salah. Mereka pasti merasa bersalah dan itu wajar sekali layaknya diterjang ombak tiba-tiba. Lalu jika Mereka masih tidak terima? Ambil ketenangan dan rileks dahulu setelah waktu yang lama, bertamu kerumahnya dan bawalah buah tangan ketika semuanya sudah dalam suasana kedewasaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun