Mohon tunggu...
Saskia Hanan Rafifah
Saskia Hanan Rafifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Indonesia

Memiliki minat yang lebih pada bidang gizi dan kesehatan masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Healthy

ASI Tidak Keluar? Yuk, Kenali Hal-hal yang Dapat Menjadi Penyebabnya!

19 November 2022   12:30 Diperbarui: 19 November 2022   12:36 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Shutter Stock

Ditulis oleh Alma Avida Virgita dan Saskia Hanan Rafifah

Sebagai seorang Ibu, pastinya ingin memberikan yang terbaik bagi buah hati. Salah satu caranya adalah dengan memberikan ASI Eksklusif. Namun, ada sebagian Ibu yang merasa ASI-nya tidak keluar, atau jumlah ASI yang dihasilkan tergolong sedikit. Fenomena ini bisa juga disebut sebagai kegagalan menyusui. Apa saja ya hal yang dapat menyebabkan kegagalan menyusui? 

Posisi dan perlekatan menyusui dan menyusu yang kurang tepat dapat menjadi salah satu penyebab kegagalan menyusui. Posisi adalah teknik di mana bayi digendong dalam kaitannya dengan tubuh ibu, sedangkan perlekatan mengacu pada apakah area areola dan jaringan payudara tepat berada di dalam mulut bayi. Posisi yang tepat dan perlekatan yang baik ini memainkan peran penting dalam memulai dan mempertahankan ASI eksklusif. Posisi dan perlekatan yang tidak tepat dapat membuat puting ibu menjadi  lecet sehingga ibu jadi segan menyusui, produksi ASI berkurang dan bayi menjadi malas menyusu.

Kegagalan menyusui juga dapat disebabkan oleh kurangnya frekuensi menyusui serta singkatnya durasi menyusui. Hal ini karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI. Semakin sering anak menghisap puting susu ibu, maka akan terjadi peningkatan produksi ASI. Begitupun sebaliknya, jika bayi berhenti menyusu maka akan terjadi penurunan produksi ASI. Selain itu, jika bayi menyusu dengan durasi yang lebih lama atau tepat, akan memperbesar kemungkinan bayi mendapatkan zat gizi terbaik pada ASI, yang terdapat pada foremilk (ASI yang keluar di awal menyusui) dan hindmilk (ASI yang keluar di akhir menyusui).

Masa menyusui kerap kali membuat ibu mengembangkan emosi yang kurang stabil dan perasaan yang cenderung lebih sensitif, seperti mudah sedih, marah, sering cemas, dan merasa kurang percaya diri. Hal ini karena ibu memasuki fase kehidupan baru, dimana ibu harus berjuang untuk menyesuaikan diri dengan berbagai kegiatan mengurus bayi yang baru lahir, salah satunya adalah menyusui. Selain faktor fisiologis, kondisi psikologis ibu berkontribusi dalam keberhasilan menyusui. 

Ibu menyusui sangat membutuhkan dukungan dari orang-orang sekitar, antara lain suami, ibu, dokter dan tenaga kesehatan lainnya, bahkan teman. Kurangnya dukungan sosial dapat menimbulkan efek negatif berupa ketidakyakinan ibu untuk bisa memberikan ASI eksklusif bagi anaknya. Selain itu, ibu dapat merasa tidak ada yang mau mendengar keluh kesahnya dan harus menanggung bebannya sendiri sehingga berpotensi memicu stres. Gangguan psikis pasca melahirkan, seperti stres, depresi, serta kecemasan dapat menjadi faktor penyebab kegagalan menyusui dengan cara menghambat kerja hormon prolaktin dan oksitosin yang berperan dalam produksi dan pengeluaran susu.

Konsumsi makanan dan minuman yang bergizi dan seimbang sangat baik dalam mendukung proses menyusui. Namun, sayangnya tidak sedikit ibu menyusui yang mengurangi frekuensi dan porsi makannya secara drastis demi mencapai kembali berat badan ideal seperti sebelum hamil dan melahirkan. Faktor budaya juga dapat memengaruhi asupan ibu, seperti adanya mitos yang berupa pantangan makanan bagi ibu menyusui, misalnya larangan untuk mengonsumsi pangan hewani seperti telur, ikan, dan produk laut lainnya bagi ibu setelah menjalani operasi caesar karena dianggap dapat memicu rasa gatal pada luka jahitan. Padahal, pangan hewani justru sangat baik untuk membantu mempercepat proses penyembuhan luka jahitan. Selain itu, sesudah melahirkan umumnya ibu mengalami peningkatan nafsu makan dan rasa haus. Hal ini berkorelasi dengan peningkatan angka kecukupan zat gizi yang dianjurkan untuk dikonsumsi oleh ibu menyusui. Pola makan yang kurang baik, termasuk pembatasan porsi makan yang tidak tepat dapat menghambat ibu untuk memberikan ASI eksklusif.

Selain faktor-faktor di atas, status gizi ibu baik selama kehamilan maupun menyusui juga memegang peranan penting dalam mendukung keberlangsungan proses menyusui. Ibu membutuhkan cadangan lemak yang cukup untuk produksi ASI. Cadangan lemak yang kurang ketika memasuki masa menyusui, ditambah dengan tidak adanya peningkatan asupan makan yang baik selama menyusui dapat mengganggu produksi ASI. Status gizi ibu yang buruk berkaitan erat dengan kegagalan menyusui, termasuk kuantitas dan kualitas ASI yang kurang baik, serta durasi pemberian ASI eksklusif yang relatif lebih pendek.

Referensi:

Fikawati, S., Syafiq, A., dan Karima, K. 2017. Gizi Ibu dan Bayi. Depok: RajaGrafindo Persada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun