Mohon tunggu...
Arsya Zharif Rusydi
Arsya Zharif Rusydi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Brawijaya, Program Studi Sosiologi

menulis dan berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Horeg, Mengguncang Media Sosial melalui Kuasa Budaya

3 Desember 2024   13:00 Diperbarui: 5 Desember 2024   18:16 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Rombongan Sound Horeg. (Foto: Kompas.com/Ruly)

Beberapa waktu lalu, netizen Indonesia di hebohkan dengan munculnya sound-sound besar diatas truk atau disebut “horeg” yang berkeliling di jalanan kota dengan suara musik yang menggelegar. 

Berbagai macam pendapat netizen disampaikan dalam komentar, mulai dari yang setuju dengan kehadiran sound horeg, tidak setuju karena dianggap menganggu, hingga pandangan netizen yang mempertanyakan letak manfaat dan keefektifan dari musik horeg sound system. Lalu apa itu horeg sound system?

Horeg sound system merupakan sebuah kumpulan dari parade sound system yang berasal dari Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur dengan ciri khas ukuran yang besar dan mampu menghasilkan getaran suara yang keras. Nama horeg diambil dari pemahaman Jawa yang memiliki arti bergetar. 

Sedangkan untuk sound system besar yang dinaikkan diatas truk dinamakan carreta. Usut punya usut horeg telah menjadi sebuah kesenian dan budaya lokal masyarakat kabupaten Malang sejak tahun 2010. 

Pada awalnya sound horeg menjadi sebuah musik pengiring acara pernikahan atau karnaval dan pengiring dalam memperingati hari-hari besar. Hingga saat ini horeg berkembang di masyarakat sebagai salah satu budaya lokal modern dengan berbagai macam musik dangdut hingga musik dj yang ditampilkan dengan suara yang spektakuler dan diiringi oleh beberapa penari dibelakang truk. 

Perkembangan horeg berhasil menyita banyak perhatian masyarakat Indonesia, terutama bagi mereka yang mendukung kehadiran horeg sebagai budaya lokal modern Indonesia yang dianggap mampu menghibur dan melepas rasa lelah mereka dengan berjoget ria layaknya dalam sebuah pesta.

Sebaliknya, juga terdapat sebagian masyarakat yang menganggap bahwa horeg itu meresahkan, merusak, hingga mengatakan berpendidikan rendah. 

Mereka mampu menilai bahwa cita selera masyarakat yang menyukai horeg merupakan selera rendah, karena mereka melihat dari cuplikan video horeg yang beredar di media sosial dengan sejumlah orang yang terlihat bersikap seperti arogan dalam merusak lampu jalan, merusak batas jembatan hingga dentuman suara keras yang mampu merusak dan merobohkan bangunan rumah warga. 

Dianggap tidak efektif sebagai sebuah budaya karena banyaknya masalah dan kerugian yang dialami oleh warga setempat membuat kehadiran horeg hanya menjadi sia-sia saja.

Di berbagai kasus horeg tidak hanya merugikan secara material, akan tetapi juga dapat mendatangkan berbagai macam masalah kesehatan, salah satunya permasalahan terhadap telinga, paparan suara keras yang masuk kedalam telinga mampu menyebabkan gendang telinga pecah sehingga membuat seseorang menjadi tuli.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun