Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Mulia Tiada Raib

4 Agustus 2015   23:08 Diperbarui: 4 Agustus 2015   23:08 1109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa gerangan pemagar, dari keduanya?
Penghina, dan jua sang terhina, berbauran!
Bukan...bukan....! Bukan pulakah segala manusia
Terhadir di gunduk tanah-bilik semesta; dari tetesan air mani yang dina?

Apalah jua harfiah hina dari manusia ke manusia
Musabab sepantas menghinakan cumalah Dia
Dialah Maha Perencana, Ulungnya Perancang

Kesanilah kala dahulu, kakek kita bersusun kata:
Tiada hina seseorang, setiba ia hinakan dirinya
Tiada pula rendah, sesampai ia lembahkan tubuh-jiwanya-pikirannya
Tiada....tiada...tiada!

Bila mata-mulut-tangan manusia di haluanmu
Pandangimu, berujar di tepatmu, menunjukmu hina
Maka,.....bergelenglah bila tiada dangkalan daki
Ataukah dermakan anggukan bila engkau kuasa
Gegara hina-memuji, tiada lebih dari rakitan manusia juga

Dan......
Memunggungi laut, gambaran angkuh-angkuhan
Memalingkan hina-dina, katakanlah itu mengafani kodrat!
Lantaran fitrah-hina itu, suguhan lahir

Lalu......
Muasal aku ini hina, engkau hina dan mereka
'Tlah di kantong peranakan, di perindukan, dirahimkan
Semasih ujaran jijik-keji-hina itu diracau-racau

Toleh sebentar, manusia-batu mulia
Adapun bebatuan alam yang luhur itu
Dihempas-lemparkan jauh-jauh
Diretak-pecah, dipukul-dibelah
Tiada lenyap agungnya
Mulianya, tiada raib!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun