Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Duh, Harga Ijazah Palsu Capai 45 Juta!

27 Mei 2015   10:02 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:33 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14327034811231604029

[caption id="attachment_420644" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi - Sejumlah mahasiswa dan alumni yang tergabung dalam Solidaritas Tolak Ijazah Bodong Universitas Nasional menunjukan ijazah palsu yang dikeluarkan Universitas Nasional saat berunjuk rasa di depan Balaikota Jakarta, Kamis (4/4/2013). Dalam aksinya mereka menuntut agar pemerintah segera mendesak rektor Universitas Nasional mengeluarkan ijazah baru dengan akreditas terbaru dan menindak pelaku pemalsu ijazah. (TRIBUNNEWS/HERUDIN)"][/caption]

Penulis bergidik! Harga ijazah palsu mencapai 45 juta rupiah. Edan! Ya memang edan! Lalu apalah artinya uang 45 juta demi sebuah pemakaian ijazah palsu untuk tujuan pengembangan karier, mengubah nasib, tuntutan pekerjaan, dan evaluasi SDM naker, dan seterusnya. Itu teramat ringan harganya bagi pejabat, orang berduit, penjunjung nilai-nilai sosial di masyarakat yang memiliki orientasi 'masa depan'. Dan bukan fiksi lagi bila pihak kampus menjadi kunci utama dalam permainan jual-beli ijazah haram ini.

Ijazah palsu marak saat dibuka loker (lowongan kerja), di sini calon pelamar kesulitan karena tak memiliki ijazah sesuai yang dipersyaratkan oleh instansi, perusahaan atau lembaga-lembaga penerima tenaga kerja. Cara terlunak dan terhalus dalam praktik penerbitan ijazah palsu adalah seseorang ikut kuliah yang telah diatur 'baik-baik'. Hadir hanya dua kali, UTS dan UAS. Ini pun dapat diwakili oleh orang lain. Direnung-renungkan, ijazah yang terbit dengan teknik ini tidaklah palsu, proses perkuliahannyalah yang 'palsu'.

Mahasiswa ini sah secara administratif! Dan mahasiswa siluman serupa ini amat menghindari hari pelaksanaan wisuda atau judicium. Pelaku/pembeli ijazah palsu ini, memiliki motif beragam: untuk kenaikan pangkat, pengakuan sosial, untuk melamar di perusahaan keren, untuk sertifikasi bahkan demi untuk terterima oleh calon istri/suami yang mengisyaratakan pendamping hidup berijazah perguruan tinggi (S1/S2).

Modus Operandi

Adakah ijazah palsu yang memiliki nomor ijazah yang sama? Teramat sulit ditemukan itu! Kenapa? Karena penerbitan ijazah palsu (yang sebetulnya asli secara administratif akademik) itu amatlah profesional, rapi dan cermat. Sulit menemukan ijazah yang tak terdaftar di evidence based Dikti. Pangkalan data itu jelas tercantum nomor ijazah dan nama pemilik berbayar itu.

Segmen ijazah palsu itu menyasar mahasiswa yang pernah teregister di perguruan tinggi. Tiga potensi penyebab terbitnya ijazah palsu: 1. Mahasiswa meniggal dunia, 2. Mahasiswa tidak aktif kuliah (DO), 3. Mahasiswa pindah ke perguruan tinggi lain. Jangan sangka mafia ijazah palsu bekerja sendirian, tak selancar itu perbuatannya bila tak bekerja sama dengan pihak kampus. Kampus-kampus yang melacurkan diri semacam itu adalah kampus yang telah redup, hampir mati dan dijadikanlah kampusnya sebagai 'prostitusi ijazah'. Modal mereka karena mendapat izin operasional dari Dikti dan belum sempat Dikti melakukan visitasi.

Bila kia bertukar posisi, semisal kita di kedudukan mereka, maka langkah umum yang dicari (karena desakan) adalah jalan pintas, yakni membeli ijazah. Itu cara pandang pribadiku, entah pembaca. Perkara-perkara seperti ini telah sangat sering penulis jumpai. Maksud penulis, puluhan orang (terutama keluarga) menelepon dan mencari jalan untuk membeli ijazah. Bahkan adik sepupuku yang gagal kuliah, dan ibunya meneleponku bagaimana dan di mana bisa membeli ijazah untuk adikmu itu? Penulis hanya sempat menjawab: "Itu berbahaya, Tante!"

Was-was!

Sebuah fakta terlentang yang penulis alami, saksikan sendiri dan berkomunikasi sendiri dengan pelaku sekaligus 'korban' jual-beli ijazah. Awalnya ia menulis pesan, lalu menelpon, kemudian bertamu ke rumah. Singkat cerita, ijazah dan transkrip diperlihatkan kepadaku. Ia akui bahwa ijazah itu ia beli dengan harga 9 juta di sebuah perguruan tinggi di Makassar, Sulawesi Selatan.

Penulis tercengang memegang dan membolak-balik ijazah/transkrip itu, semuanya tiada keganjalan, stempel asli, tanda tangan rektor pun asli, bahkan tanda tangan pejabat kopertis, juga asli. Bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Apa ini kerjaan scan? Ataukah memang ada stok ijazah (blank) yang sisa dibubuhi nama, NIM, tanggal ujian, tanggal ijazah dikeluarkan, dan nomor registrasi ijazah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun