Mohon tunggu...
Muhammad Armand
Muhammad Armand Mohon Tunggu... Dosen - Universitas Sultan Hasanuddin

Penyuka Puisi-Kompasianer of The Year 2015

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bedakah Sinopsis dengan Resensi Buku?

20 November 2012   07:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:01 6936
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13533950821283857038

Kata ahli, sinopsis dan resensi, dua istilah yang berbeda. Tetapi, merunut pada pengalaman pribadi saya -saat meracik sinopsis dan resensi- sulit membedakan secara ekstrim dari keduanya. Saya pernah meresensi sebuah buku dengan judul: AL Qur'an dan Panduan Kesehatan Masyarakat karya Bapak Su'dan. Resensi itu bertengger di sebuah surat kabar.

Terbaca juga oleh seorang senior yang ahli membuat resensi dan sinopsis. Ia berkata kepada saya bahwa yang saya buat itu bukanlah resensi tapi sebuah sinopsis. Saya hendak 'membantahnya' tetapi pengetahuan dan wawasan saya tidak cukup untuk melakukan 'perlawanan'. Satu-satunya pertanyaan saya kepadanya: "Kenapa koran itu memasukkannya ke rubrik resensi jika ia bukanlah sebuah resensi?"

[caption id="attachment_224759" align="aligncenter" width="300" caption="Sebuah buku fenomenal yang pernah saya resensi, buku ini masih menjadi koleksi saya (Armand)"][/caption]

Obrolan ini mengharuskan lagi agar saya memahami secara menyeluruh apakah itu resensi dan apakah itu sinopsis?. Defenisi keduanya (sinopsis dan resensi) saya temukan tetapi sulit bagi saya membedakan di antara mereka. Kesimpulan ringanku, kedua istilah 'perbukuan' ini adalah serupa tapi tak sama. Mengapa saya berkata demikian?. Alasanku: Keduanya membahas secara umum akan sebuah buku.

Resensi mengupas habis sebuah buku, sinopsispun memaparkan utuh sebuah buku. Tiada yang tersisa, seluruhnya wajib diungkapkan baik sinopsis maupun resensi. Lantas, muncullah 'kekakuan' sebab keduanya ditekan sebuah aturan yakni resensi dan sinopsis harus singkat, padat dan include. Lalu, adakah orang yang sanggup membuat resensi dan sinopsis dengan sesingkat dan sependek itu kalimat-kalimatnya?. Apatah lagi sebuah buku yang memiliki ketebalan lebih dari 100 halaman.

Buat saya, membuat sinopsis tak harus menuangkan secara penuh, begitupun resensi. Yang subtansi buat saya adalah bagaimana seorang pe-sinopsis dan pe-resensi buku mengangkat tema-tema ungulan, berkesan dan unik. Ibarat sebuah power-point, yang ditayangkan adalah point penting. Demikian pulalah sebuah sinopsis ataupun resensi.

Kelewat plural aturan dalam cara pembuatan sinopsis dan resensi buku. Aturan ini kerap memasung penulis buku enggan memulai membuat sinopsis ataupun resensi. Setidaknya jika Anda ingin memahami apa itu sinopsis maupun resensi, maka tiada alasan jika tidak berlatih dan berlatih. Setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda terhadap sinopsis dan resensi buku. Secara pribadi -sesuai pengalaman- saya menganggap keduanya adalah mempromosikan isi tulisan sebuah buku.

Dalam perseptual saya bahwa sebuah resensi buku itu, mengupas habis sebuah buku dengan segala kelebihan dan kelemahannya. Dan jadilah resensi buku itu sebuah pekerjaan lebih menantang ketimbang membuat sinopsis. Sebab meresensi buku membutuhkan ketajaman nalar dan keunggulan intuisi untuk 'membaca' pikiran sang penulis buku. Ini alasan mengapa orang-orang 'berebut' membuat resensi sebuah buku seseorang. Yang repot ketika kita merensi buku teman, jika dikritik maka orang akan berkata: "Teganya dia habisi buku temannya". Dan jika mengamini alias menyanjung-nyanjung isi buku teman itu, maka orangpun akan bersinis-sinisan: "Wajarlah dia sanjung-sanjung isi buku, lha yang meresensi dan yang diresensi adalah sahabatan kok". So, pikir-pikirlah jika ingin meresensi buku sahabat atau kolega. Sebab rawan aroma subyektifitas.

* * *

Dan inilah pendapat saya tentang resensi dan sinopsis, saya tak akan berani membedakan antara sinopsis dengan resensi buku:

1. Sinopsis tak harus membahas secara keseluruhan dari sebuah buku. Sinopsis sangat terkondisikan dari kekuatan sebuah buku, plus magnet apa yang terkuat dalam ruas-ruas buku. Kenapa?. Sebab sebuah buku, tak semua ruasnya memiliki kualitas pesan yang sama baiknya. Di dalamnya ada tulisan unggulan dan tulisan unggulan ini biasanya (bukan generalisir) dijadikan sebagai judul buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun