Jalan ini untuk siapa?
Jalan menujumu duhai kata-kata.
Inginku itu di tiap detak waktu
Menemuimu lagi
Aku ini mengaku manusia kertas
Di tiap bertemu denganmu hai sang kata-kata
Kutulis-tulis di kertas putih pucat
Kujadikan apa sajalah!
Kertas dan kata-kata,
Kupertemukan, kuperjumpakan
Dan mereka menikah dalam bait-bait puisi
Ya,... puisiku, jua puisimu
Menikahlah hai sang kata-kata
Beranak-pinaklah dalam rupa puisi-puisi
Yang demikian itu
Penanda-penanda jikalau engkau hidup
Abadi
Aku di sini tak mengenal huruf mati
Jua tak kenal aksara tak hidup
Aku selalu menemuimu hai sang kata-kata
Dalam hidupmu dalam tak fana
Terima kasihku padamu hai sang kata-kata
Menyulami-mengutasi lirik-lirikku itu
Berserakan sebelumnya
Lalu, menjadi hidup-hiduplah puisiku, jua puisimu
Hidupmu di rayuan
Bak rayuan pulau kelapa itu
Sepoi-hembus
Karena engkaulah kata-kata
Takkan pernah dalam hembusan nafas terakhir
----------------
Makassar, 28 Juni 2018
@m_armand fiksianer
Powered by Kompasiana